Program
Bimbingan dan Konseling mengandung empat komponen pelayanan, yaitu: (1)
pelayanan dasar bimbingan; (2) pelayanan responsif, (3) perencanaan individual,
dan (4) dukungan sistem.
1.
Pelayanan Dasar
Pelayanan
dasar diartikan sebagai proses pemberian bantuan kepada seluruh siswa melalui
kegiatan penyiapan pengalaman terstruktur secara klasikal atau kelompok yang
disajikan secara sistematis dalam rangka mengembangkan perilaku jangka panjang
sesuai dengan tahap dan tugas-tugas perkembangan yang diperlukan dalam
pengembangan kemampuan memislih dan mengambil keputusan dalam menjalani
kehidupannya.
Pelayanan
ini bertujuan untuk membantu semua siswa agar memperoleh perkembangan yang
normal, memiliki mental yang sehat, dan memperoleh keterampilan dasar hidupnya,
atau dengan kata lain membantu siswa agar mereka dapat mencapai tugas-tugas
perkembangannya. Secara rinci tujuan pelayanan ini dapat dirumuskan sebagai
upaya untuk membantu siswa agar:
a.
memiliki
kesadaran (pemahaman) tentang diri dan lingkungannya (pendidikan, pekerjaan,
sosial budaya, dan agama)
b.
mampu
mengembangkan keterampilan untuk mengidentifikasi tanggung jawab atau
seperangkat tingkah laku yang layak bagi penyesuaian diri dengan lingkungannya
c.
mampu
menangani atau memenuhi kebutuhan dan masalahnya
d.
mampu
mengembangkan dirinya dalam rangka mencapai tujuan hidupnya.
Materi pelayanan dasar
dirumuskan dan dikemas atas dasar standar kompetensi kemandirian antara lain
mencakup pengembangan:
a.
self-esteem
b.
motivasi
berprestasi
c.
keterampilan
pengambilan keputusan
d.
keterampilan
pemecahan masalah
e.
keterampilan
hubungan antar pribadi atau berkomunikasi
f.
penyadaran
keragaman budaya
g.
perilaku
bertanggung jawab.
Hal-hal yang terkait dengan
perkembangan karir (terutama di tingkat SMP/SMA) mencakup pengembangan:
a. fungsi agama bagi kehidupan
b. pemantapan pilihan program
studi
c. keterampilan kerja
professional
d. kesiapan pribadi
(fisik-psikis, jasmaniah-rohaniah) dalam menghadapi pekerjaan
e. perkembangan dunia kerja
f. iklim kehidupan dunia kerja
g. cara melamar pekerjaan
h. kasus-kasus kriminalitas
i.
bahayanya
perkelahian masal (tawuran)
j.
dampak
pergaulan bebas.
Strategi Implementasi
Program Pelayanan Dasar
a.
Bimbingan Klasikal
Program yang dirancang
menuntut guru untuk melakukan kontak langsung dengan para peserta didik di
kelas.Secara terjadwal, guru memberikan pelayanan bimbingan kepada para peserta
didik.Kegiatan bimbingan kelas ini bisa berupa diskusi kelas atau brain
storming (curah pendapat).
b.
Pelayanan Orientasi
Pelayanan ini merupakan
suatu kegiatan yang memungkinkan peserta didik dapat memahami dan menyesuaikan
diri dengan lingkungan baru, terutama lingkungan Sekolah/Madrasah, untuk
mempermudah atau memperlancar berperannya mereka di lingkungan baru tersebut.
1)
Layanan
Orientasi di Sekolah
Bagi siswa, ketidakkenalan atau
ketidaktahuannya terhadap lingkungan lembaga pendidikan (sekolah) yang di
sekolah baru dimasukinya itu dapat memperlambat kelangsungan proses belajarnya
kelak. Bahkan lebih jauh dari itu dapat membuatnya tidak mencapai hasil belajar
yang diharapkan.Oleh sebab itu, mereka perlu diperkenalkan dengan berbagai hal
tentang lingkungan lembaga pendidikan baru itu.
Untuk lingkungan sekolah
misalnya, materi orientasi yang mendapat penekanan adalah:
a)
Sistem penyelenggaraan pendidikan pada umunya;
b)
Kurikulum yang ada;
c)
Penyelenggaraan pengajaran;
d)
Kegiatan belajar siswa yang diharapkan;
e)
Sistem penilaian, ujian, dan kenaikan kelas;
f)
Fasilitas dan sumber belajar yang ada seperti: ruang
kelas, lab, perpustakaan, ruang praktek, dll;
g)
Staf pengajar dan tata usaha;
h)
Hak dan kewajiban siswa;
i)
Organisasi siswa;
j)
Organisasi orang tua siswa;
k)
Organisasi sekolah secara menyeluruh.
2) Metode Layanan Orientasi
Sekolah
Keluasan dan kedalaman
masing-masing pokok materi di atas yang disampaikan kepada siswa disesuaikan
dengan jenjang sekolah dan tingkat perkembangan anak. Untuk anak-anak yang
segera akan memasuki SMP, Allen dan Mc Kean menyarankan beberapa kegiatan:
a) Kunjungan ke SD pemasok.
Petugas dari SMP
mengunjungi SD yang para lulusannya akan memasuki SMP tersebut. Di sana, para
petugas itu menjelaskan berbagai hal-ihwal SMP itu kepada murid-murid SD kelas
tinggi yang diharapkan akan memasuki SMP yang dimaksudkan.
b) Kunjungan ke SMP pemesan
Murid-murid SD kelas tinggi
mengunjungi SMP yang akan mereka masuki. Di sana mereka melihat lingkungan dan
kelengkapan sekolah, menerima penjelasan lengkap dengan gambar, film, poster,
dan tanya jawab.
c) Malam pertemuan dengan
orang tua
Orang tua murid baru
diundang menghadiri suatu pertemuan untuk beramah-tamah staf sekolah dan
menerima penjelasan tentang hal-ihwal sekolah tempat anak-anak mereka belajar.
d) Staf guru BK bertemu dengan
guru lain membicarakan siswa-siswa baru
Dengan guru-guru dan kepala
sekolah, guru BK membicarakan materi orientasi dan cara-cara penyampaiannya
kepada siswa.Guru-guru melaksanakan kegiatan orientasi itu (dengan koordinasi
guru BK).
e) Mengunjungi kelas
Guru BK berkeliling
mengunjungi kelas-kelas murid baru. Guru BK menjelaskan dengan berbagai alat
bantu dan prosedur tanya jawab tentang berbagai materi tersebut di atas.
f) Memanfaatkan siswa yang
lebih tinggi tingkatan kelasnya
Setiap baru diberi kawan
pendamping siswa yang kelasnya lebih tinggi untuk memberikan penjelasan dan
membantu siswa baru itu dalam segala hal yang berkenaan dengan keadaan sekolah
dan bagaimana berlaku sebagai siswa yang baik di sekolah itu.
3)
Layanan
Orientasi di Luar Sekolah.
Cara penyajian orientasi di
luar sekolah sangat tergantung pada jenis orientasi yang diperlukan dan siapa
yang memerlukanya. Lembaga-lembaga seperti Badan Penasihat Perawinan, Pusat
Rehabilitasi Narapidana, Pusat Orientasi Tenaga Kerja, dan lainnya dapat
dibentuk dan konselor (karena di luar sekolah) menjadi tenaga ahli serta
penggerak lembaga bantuan khusus di masyarakat itu.
c.
Pelayanan Informasi.
Yaitu
pemberian informasi tentang berbagai hal yang dipandang bermanfaat bagi peserta
didik melalui komunikasi langsung maupun tidak langsung (melalui media cetak
maupun elektronik, seperti: buku, brosur, leaflet, majalah, dan
internet).
d.
Bimbingan Kelompok
Guru
BK memberikan pelayanan bimbingan kepada peserta didik melalui
kelompok-kelompok kecil yang beranggotakan 5 s.d 10 orang.Bimbingan ini
ditujukan untuk merespon kebutuhan dan minat para peserta didik. Topik yang
didiskusikan dalam bimbingan kelompok ini, adalah masalah yang bersifat umum
dan tidak rahasia, seperti: cara-cara belajar yang efektif, kiat-kiat
menghadapi ujian, dan mengelola stres.
e.
Pelayanan Pengumpulan Data (Aplikasi Instrumentasi)
Merupakan
kegiatan untuk mengumpulkan data atau informasi tentang pribadi peserta didik,
dan lingkungan peserta didik.Pengumpulan data ini dapat dilakukan dengan
berbagai instrumen, baik tes maupun non-tes.
2.
Pelayanan Responsif
Pelayanan
responsif merupakan pemberian bantuan kepada siswa yang menghadapi kebutuhan
dan masalah yang memerlukan pertolongan dengan segera, sebab jika tidak segera
dibantu dapat menimbulkan gangguan dalam proses pencapaian tugas-tugas
perkembangan.
Tujuan
pelayanan responsif adalah membantu siswa agar dapat memenuhi kebutuhannya dan
memecahkan masalah yang dialaminya atau membantu siswa yang mengalami hambatan,
kegagalan dalam mencapai tugas-tugas perkembangannya.Fokus pelayanan responsif
bergantung kepada masalah atau kebutuhan siswa.Masalah dan kebutuhan siswa
berkaitan dengan keinginan untuk memahami sesuatu hal karena dipandang penting
bagi perkembangan dirinya secara positif. Kebutuhan ini seperti kebutuhan untuk
memperoleh informasi antara lain tentang pilihan karir dan program studi,
sumber-sumber belajar, bahaya obat terlarang, minuman keras, narkotika,
pergaulan bebas.
Masalah yang mungkin
dialami siswa diantaranya : (1) merasa cemas tentang masa depan, (2) merasa
rendah diri, (3) berperilaku impulsif (kekanak-kanakan atau melakukan sesuatu
tanpa mempertimbangkannya secara matang), (4) membolos dari sekolah/madrasah,
(5) malas belajar, (6) kurang memiliki kebiasaan belajar yang positif, (7)
kurang bisa bergaul, (8) prestasi belajar rendah, (9) malas beribadah, (10)
masalah pergaulan bebas (free sex), (11) masalah tawuran, (12) manajemen
stres, dan (13) masalah dalam keluarga.
Strategi Implementasi Program Pelayanan
Responsif
a.
Konseling individual dan kelompok
Pemberian pelayanan
konseling ini ditujukan untuk membantu siswa yang mengalami kesuliatan,
mengalami hambatan dalam mencapai tugas-tugas perkembangannya.melalui
konseling, siswa dibantu untuk mengidentifikasi masalah, penyebab masalah,
penemuan alternatif pemecahan masalah, dan pengambilan keputusan secara lebih
tepat. Konseling ini dapat dilakukan secara individual maupun kelompok.
b. Referal (rujukan atau alih
tangan)
Apabila guru BK merasa
kurang memiliki kemampuan untuk menangani masalah siswa, sebiknya dia mereferal
atau mengalihtangankan siswa kepada pihak lain yang lebih berwenang, seperti
psikolog, psikiater, dokter, dan kepolisisan. Siswa yang sebaiknya direferal
adalah mereka yang memiliki masalah, seperti depresi, tindak kejahatan
(kriminalitas), kecanduan narkoba dan penyakit kronis.
c. Kolaborasi dengan guru mata
pelajaran atau wali kelas
Guru BK berkolaborasi
dengan guru dan wali kelas dalam rangka memperoleh informasi tentang siswa
(seperti prestasi belajar, kehadiran dan pribadinya), membantu memecahkan
masalah siswa dan mengidentifikasi aspek-aspek bimbingan yang dapat dilakukan
oleh guru mata pelajaran. Aspek-aspek itu diantaranya : (1) menciptakan iklim
sosio-emosional kelas yang kondusif bagi belajar siswa, (2) memahami
karakteristik siswa yang unik dan beragam, (3) menandai peserta didik yang
diduga bermasalah, (4) membantu peserta didik yang mengalami kesulitan belajar
malalui program remedial teaching, (5) mereferal (mengalihtangankan)
siswa yang memerlukan pelayanan bimbingan dan konseling kepada guru pembimbing,
(6) memberikan informasi yang up to date tentang kaitan mata pelajaran
dengan bidang kerja yang diminati siswa, (7) memahami perkembangan dunia
industri atau perusahaan, sehingga dapat memberikan informasi yang luas kepeda
siswa tentang dunia kerja (tuntutan keahlian kerja, persyaratan kerja dan
prospek kerja), (8) menampilkan pribadi yang matang, baik dalam aspek
emosional, sosial maupun moral-spritual (hal ini penting karena guru merupakan figure
central bagi siswa) dan (9) memberikan informasi tentang cara-cara
mempelajari mata pelajaran yang diberikannya secara efektif.
d. Kolaborasi dengan orang tua
Upaya mengembangkan potensi
siswa atau memecahkan masalah yang mungkin dihadapi siswa. Untuk melakukan
kerjasama dengan orang tau ini, dapat dilakukan beberapa upaya, seperti : (1)
kepala sekolah/madrasah atau komite sekolah/madrasah mengundang para orang tua
untuk datang ke sekolah/madrasah (minimal satu semester satu kali), yang
pelaksanaannya dapat bersamaan dengan pembagian rapor, (2) sekolah/madrasah
memberikan informasi kepada orang tua (melalui surat) tentang kemajuan belajar
atau masalah siswa dan (3) orang tua diminta untuk melaporkan keadaan anaknya
di rumah ke sekolah/madrasah, terutama menyangkut kegiatan belajar dan perilaku
sehari-harinya.
e. Kolaborasi dengan
pihak-pihak terkait di luar sekolah/madrasah
Yaitu berkaitan dengan
upaya sekolah/madrasah untuk menjalin kerjasama dengan unsur-unsur masyarakat
yang dipandang relevan dengan peningkatan mutu pelayanan bimbingan.
f. Konsultasi
Guru BK menerima pelayanan
konsultasi bagi guru, orang tua, atau pihak pimpinan sekolah/madrasah yang
terkait dengan upaya membangun kesamaan persepsi dalam memberikan bimbingan
kepada para peserta didik, menciptakan lingkungan sekolah/madrasah yang
kondusif bagi perkembangan siswa, melakukan referal dan meningkatkan kualitas
program bimbingan dan konseling.
g. Bimbingan teman sebaya (peer
guidance/peer facilitation)
Bimbingan teman sebaya ini
adalah bimbingan yang dilakukan oleh siswa terhadap siswa yang lainnya.Siswa
yang menjadi pembimbing sebelumnya diberikan latihan atau pembinaan oleh guru
BK.
h. Konferensi kasus
Yaitu kegiatan untuk
membahas permasalahan siswa dalam suatu pertemuan yang dihadiri oleh
pihak-pihak yang dapat memberikan keterangan, kemudahan dan komitmen bagi
terentaskannya permasalahan siswa itu.Pertemuan konferensi kasus ini bersifat
terbatas dan tertutup.
i.
Kunjungan rumah
Yaitu kegiatan untuk
memperoleh data atau keterangan tentang siswa tertentu yang sedang ditangani
dalam upaya mengentaskan masalahnya melalui kunjungan ke rumahnya.
3.
Pelayanan Perencanaan Individual
Perencanaan
individual diartikan sebagai bantuan kepada siswa agar mampu merumuskan dan
melakukan aktivitas yang berkaitan dengan perencanaan masa depan berdasarkan
pemahaman akan kelebihan dan kekurangan dirinya, serta pemahaman akan peluang
dan kesempatan yang tersedia di lingkungannya. Strategi yang digunakan dalam
layanan perencanaan individual adalah konsultasi dan konseling (Juntika &
Sudianto, 2005).Sedangkan isi dari layanan ini meliputi bidang pendidikan,
bidang karir, dan bidang sosial pribadi. Menurut Gysbers (2006), strategi dalam
layanan perencanaan individual, meliputi :
a.
Individual appraisal, individu diminta oleh konselor untuk
menginterpretasi tentang bakat, minat, keterampilan, dan prestasi yang ada
dalam dirinya sendiri.
b.
Individual advisement, konselor meminta individu yang bersangkutan
untuk mempertimbangkan tentang pendidikan, karir, sosial dan pribadi. Kemudian
bagaimana individu tersebut untuk merealisasikan.
c.
Transition planning, konselor bekerjasama dengan pihak guru yang
lain membantu individu untuk membuat rencana apakah akan melanjutkan sekolah,
bekerja, atau mengikuti training/kursus.
d.
Follow up, konselor bekerjasama dengan pihak guru yang
lain menindaklanjuti dari data yang diperoleh untuk kemudian dievaluasi.
Perencanaan individual bertujuan
untuk membantu siswa agar (1) memiliki pemahaman tentang diri dan
lingkungannya, (2) mampu merumuskan tujuan, perencanaan, atau pengelolaan
terhadap perkembangan dirinya, baik menyangkut aspek pribadi, sosial, belajar,
maupun karir, dan (3) dapat melakukan kegiatan berdasarkan pemahaman, tujuan,
dan rencana yang telah dirumuskannya.
Melalui pelayanan perencanaan individual,
siswa diharapkan dapat:
a.
Mempersiapkan
diri untuk mengikuti pendidikan lanjutan, merencanakan karir, dan mengembangkan
kemampuan sosial-pribadi, yang didasarkan atas pengetahuan akan dirinya,
informasi tentang sekolah/madrasah, dunia kerja, dan masyarakatnya.
b.
Menganalisis
kekuatan dan kelemahan dirinya dalam rangka pencapaian tujuannya.
c.
Mengukur
tingkat pencapaian tujuan dirinya.
d.
Mengambil
keputusan yang merefleksikan perencanaan dirinya.
Perencanaan individual bagi
siswa diimplementasikan melalui beberapa strategi sebagai berikut (Uman
Suherman : 2009) :
a. Penilaian individual /
kelompok kecil
Guru BK mengadakan analisis dan evaluasi
terhadap kemampuan, minat, keterampilan, dan prestasi siswa.Uji informasi dan
data lainnya sering digunakan sebagai dasar bagi pemberian bantuan pada siswa
dalam mengembangkan rencana jangka pendek dan jangka panjang mereka.
b. Pemberian saran pada
individual / kelompok kecil
Guru BK memberi saran pada siswa dengan
menggunakan informasi pribadi / sosial karir dan pasar tenaga kerja dalam
perencanaan tujuan pribadi, edukasional dan okupasional siswa.
Fokus
pelayanan perencanaan individual berkaitan erat dengan pengembangan aspek
akademik, karir, dan sosial-pribadi. Secara rinci cakupan fokus tersebut antara
lain mencakup pengembangan aspek: (1) akademik meliputi memanfaatkan
keterampilan belajar, melakukan pemilihan pendidikan lanjutan atau pilihan
jurusan, memilih kursus atau pelajaran tambahan yang tepat, dan memahami nilai
belajar
sepanjang hayat; (2) karir meliputi mengeksplorasi peluang-peluang karir, mengeksplorasi latihan-latihan pekerjaan, memahami kebutuhan untuk kebiasaan bekerja yang positif; dan (3) sosial-pribadi meliputi pengembangan konsep diri yang positif, dan pengembangan keterampilan sosial yang efektif.
sepanjang hayat; (2) karir meliputi mengeksplorasi peluang-peluang karir, mengeksplorasi latihan-latihan pekerjaan, memahami kebutuhan untuk kebiasaan bekerja yang positif; dan (3) sosial-pribadi meliputi pengembangan konsep diri yang positif, dan pengembangan keterampilan sosial yang efektif.
Strategi Implementasi
Program Pelayanan Perencanaan Individual
Pelayanan perencanaan
individual ini dapat dilakukan melalui pelayanan penempatan (penjurusan, dan
penyaluran), untuk membentuk peserta didik menempati posisi yang sesuai dengan
bakat dan minatnya.
Siswa menggunakan informasi
tentang pribadi, sosial, pendidikan dan karir yang diperolehnya untuk :
a.
Merumuskan
tujuan, dan merencanakan kegiatan (alternatif kegiatan) yang menunjang
pengembangan dirinya, atau kegiatan yang berfungsi untuk memperbaiki kelemahan
dirinya.
b.
Melakukan
kegiatan yang sesuai dengan tujuan atau perencanaan yang telah ditetapkan.
c.
Mengevaluasi
kegiatan yang telah dilakukannya.
4.
Dukungan Sistem
Dukungan
sistem merupakan komponen pelayanan dan kegiatan manajemen, tata kerja,
infrastruktur (misalnya teknologi informasi dan komunikasi), dan pengembangan
kemampuan profesional guru BK secara berkelanjutan, yang secara tidak langsung
memberikan bantuan kepada siswa atau memfasilitasi kelancaran perkembangan
siswa.
Program
ini memberikan dukungan kepada guru BK dalam memperlancar penyelenggaraan
pelayanan di atas.Sedangkan bagi personel pendidik lainnya adalah untuk
memperlancar penyelenggaraan program pendidikan di sekolah/madrasah. Dukungan
sistem ini meliputi aspek-aspek: (1) pengembangan jejaring (networking),
(2) kegiatan manajemen, serta (3) riset dan pengembangan.
Pengembangan Jejaring (networking)
Pengembangan jejaring yang menyangkut
kegiatan guru BK meliputi:
a.
Konsultasi
dengan guru-guru,
b.
Menyelenggarakan
program kerjasama dengan orang tua atau masyarakat,
c.
Berpartisipasi
dalam merencanakan dan melaksanakan kegiatan-kegiatan sekolah/madrasah,
d.
Bekerjasama
dengan personel sekolah/madrasah lainnya dalam rangka menciptakan lingkungan
sekolah/madrasah yang kondusif bagi perkembangan siswa,
e.
Melakukan
penelitian tentang masalah-masalah yang berkaitan erat dengan bimbingan dan
konseling, dan
f.
Melakukan
kerjasama atau kolaborasi dengan ahli lain yang terkait dengan pelayanan
bimbingan dan konseling
Kegiatan Manajemen
Kegiatan
manajemen merupakan berbagai upaya untuk memantapkan, memelihara, dan
meningkatkan mutu program bimbingan dan konseling melalui kegiatan-kegiatan:
(a) pengembangan program, (b) pengembangan staf, (c) pemanfaatan sumber daya,
dan (d) pengembangan penataan kebijakan.
a.
Pengembangan
Profesionalitas
Guru BK secara terus-menerus berusaha untuk
memutakhirkan pengetahuan dan keterampilannya melalui (1) in-service
training, (2) aktif dalam organisasi profesi, (3) aktif dalam
kegiatan-kegiatan ilmiah seperti seminar dan workshop (lokakarya), atau
(4) melanjutkan studi ke program yang lebih tinggi (pascasarjana).
b.
Pemberian
Konsultasi dan Berkolaborasi
Strategi ini berkaitan dengan upaya
sekolah/madrasah untuk menjalin kerjasama dengan unsur-unsur masyarakat yang
dipandang relevan dengan peningkatan mutu pelayanan bimbingan. Jalinan
kerjasama ini seperti dengan pihak-pihak: (1) instansi pemerintah, (2) instansi
swasta, (3) organisasi profesi seperti ABKIN (Asosiasi Bimbingan dan Konseling
Indonesia), (4) para ahli dalam bidang tertentu yang terkait seperti psikolog,
psikiater, dokter, dan orang tua siswa, (5) MGBK (Musyawarah Guru Bimbingan dan
Konseling), dan (6) Depnaker dalam rangka analisis bursa kerja/lapangan
pekerjaan.
c.
Manajemen
Program
Suatu
program pelayanan bimbingan dan konseling tidak mungkin akan terselenggara dan
tercapai bila tidak memiliki suatu sistem pengelolaan (manajemen) yang bermutu,
dalam arti dilakukan secara jelas, sistematis, dan terarah.
Riset dan Pengembangan
Kegiatan riset dan
pengembangan merupakan aktivitas guru BK yang berhubungan dengan pengembangan
profesional secara berkelanjutan meliputi:
a.
Merancang,
melaksanakan dan memanfaatkan penelitian dalam bimbingan dan konseling untuk
meningkatkan kualitas layanan bimbingan dan konseling sebagai sumber data bagi
kepentingan kebijakan sekolah dan implementasi proses pembelajaran, serta
pengembangan program bagi peningkatan unjuk kerja profesional guru BK;
b.
Merancang,
melaksanakan dan mengevaluasi aktivitas pengembangan diri guru BK profesional
sesuai dengan standar kompetensi guru BK;
c.
Mengembangkan
kesadaran komitmen terhadap etika profesional;
d.
Berperan
aktif di dalam organisasi dan kegiatan profesi bimbingan dan konseling.
Penempatan dan Penyaluran
Layanan Bimbingan dan Konseling
Purwoko
(2008: 59) menjelaskan bahwa layanan penempatan dan penyaluran adalah
serangkaian kegiatan bantuan yang diberikan kepada siswa agar siswa dapat
menempatkan dan menyalurkan segala potensinya pada kondisi yang sesuai.Siswa
sering mengalami kesulitan dalam menentukan pilihan, sehingga tidak sedikit
siswa yang bakat, kemampuan minat, dan hobinya tidak tersalurkan dengan
baik.Siswa seperti itu tidak mencapai perkembangan secara optimal.Mereka
memerlukan bantuan atau bimbingan dari orang-orang dewasa terutama guru BK
dalam menyalurkan potensi dan mengembangkan dirinya.
Penempatan dan Penyaluran Siswa di Sekolah
Penempatan dan Penyaluran Siswa di Sekolah
Penempatan
dan penyaluran siswa di sekolah dapat berupa (a) penempatan siswa di dalam
kelas, (b) penempatan dan penyaluran ke dalam kelompok-kelompok belajar, (c) ke
dalam kegiatan ko/ekstra kurikuler, dan (d) ke dalam jurusan/program studi yang
sesuai.
a.
Layanan
Penempatan di dalam Kelas
Layanan penempatan di dalam kelas merupakan
jenis layanan yang paling sederhana dan mudah dibandingkan dengan layanan
penempatan penyaluran lainnya.Namun demikian, penyelenggaraannya tidak boleh
diabaikan. Penempatan masing-masing siswa secara tepat akan membawa keuntungan
sebagai berikut.
1)
Bagi
siswa yang bersangkutan, yaitu memberikan penyesuaian dan pemeliharaan terhadap
kondisi individual siswa (kondisi fisik, mental, sosial).
2) Bagi guru, khususnya dalam
kaitannya dengan pengelolaan kelas dengan penempatan yang tepat menjadi lebih
mudah menggerakkan dan mengembangkan semangat belajar siswa.
Formasi duduk melingkar
merupakan salah satu cara yang dapat ditempuh dalam pelayanan penempatan itu.
a.
Penempatan
dan Penyaluran ke dalam Kelompok Belajar
kelompok
belajar mempunyai dua tujuan pokok. Pertama, untuk memberikan kesempatan bagi
siswa untuk maju sesuai dengan kemampuannya masing-masing. Tujuan ini biasanya
diterapkan dalam pelaksanaan proses belajar mengajar yang menggunakan sistem
maju berkelanjutan. Pada dasarnya dalam sistem ini masing-masing siswa dapat
maju setiap ada kesempatan.
Kedua,
untuk wadah belajar bersama. Berbeda dengan cara pengelompokan pertama,
pengelompokan ini dilakukan tidak menurut kemampuan siswa, melainkan dilakukan
sedemikian rupa sehingga di dalam suatu kelompok belajar akan terdapat
siswa-siswa yang kemampuannya pandai, sedang dan kurang. Atau dapat juga
dilakukan berdasarkan atas pilihan siswa.Dalam hal ini, para siswa bebas
memilih teman-teman sekelas yang paling disukainya untuk dijadikan teman
belajar.Pembentukan kelompok seperti ini bertitik tolak dari anggapan dasar
bahwa siswa dapat belajar bersama, saling memberi dan menerima, saling tukar
pengetahuan dan keterampilan.
b.
Penempatan
dan Penyaluran ke dalam Kegiatan Ko/Ekstra Kurikuler
Kegiatan
ko/ekstra kurikuler merupakan bagian dari kurikulum. Sebagaimana dengan
kegiatan-kegiatan lain, kegiatan ko/ekstra kurikuler pun dapat menjadi wadah
belajar bagi siswa. Ia menempati tingkat kepentingan yang setara dengan
kegiatan-kegiatan akademik lainnya walaupun sifatnya berlainan. Tetapi sangat
disayangkan, kegiatan-kegiatan ini masih dipandang sebagai "hiasan"
tambahan, sebagai kegiatan yang tidak terlalu menentukan perkembangan siswa..
c.
Penempatan
dan Penyaluran ke Jurusan/Program Studi
Sebagian
siswa dapat merencanakan atau menentukan sendiri jurusan/program studi apa yang
akan diambilnya. Mereka menyiapkan diri dengan sebaik-baiknya.Namun di samping
itu, banyak juga siswa yang tidak dapat membuat rencananya secara realistis.
Mereka membuat rencana hanya berdasarkan atas kemauan dan keinginan, tidak
menyesuaikannya dengan bakat dan kemampuan yang dimilikinya, atau bahkan ada
siswa-siswa yang tidak mampu membuat rencana sama sekali. Terhadap siswa-siswa
yang seperti itu perlu diberikan bantuan agar mereka dapat membuat
rencana-rencana dan mengambil keputusan secara bijaksana.
d.
Penempatan dan Penyaluran Lulusan
Pada
setiap akhir tahun ajaran ratusan ribu atau bahkan jutaan anak muda menamatkan
studi dari jenjang pendidikan tertentu.Pada umumnya mereka mendambakan untuk
dapat melanjutkan pendidikan pada tingkat yang lebih tinggi.Atau bagi yang
memang tidak bermaksud untuk melanjutkan pendidikan, mereka mendambakan untuk
dapat diterima pada lapangan kerja yang sesuai.
Saat
seperti itu merupakan saat yang kritis bagi kebanyakan para lulusan, baik
tamatan pendidikan dasar, pendidikan menengah, maupun pendidikan tinggi.Mereka
berada dalam masa transisi dari satu tingkat pendidikan ke tingkat pendidikan
lainnya atau dari dunia pendidikan ke dunia kerja.Dalam suasana ini, mereka
dihinggapi oleh berbagai perasaan seperti cemas, bingung, tidak menentu, dan
sebagainya.Perasaan-perasaan seperti ini terutama sekali dialami oleh lulusan
yang sebelumnya kurang mempersiapkan dirinya dengan baik.
e.
Penempatan
dan Penyaluran ke dalam Pendidikan Lanjutan
Penempatan
dan penyaluran siswa pada pendidikan lanjutan tidak dapat dilakukan secara
acak, tetapi memerlukan perencanaan yang matang sebelum siswa tamat dari bangku
sekolah yang sedang didudukinya.Rencana yang baik ialah rencana yang disusun
berdasarkan atas pertimbangan kekuatan dan kelemahan siswa dari segi-segi yang
amat menentukan keberhasilan studi pada program pendidikan lanjutannya terutama
segi kemampuan dasar, bakat, minat, serta kemampuan keuangan.Oleh sebab itu
sangat penting diungkapkan bakat, minat, kemampuan dan ciri-ciri kepribadian
lainnya yang dimiliki siswa, serta keadaan sosial ekonomi orang tua/wali
siswa.Bertitik tolak dari pemahaman yang mendalam itu.
f.
Penempatan
dan Penyaluran ke dalam Jabatan/Pekerjaan
Layanan
penempatan dan penyaluran boleh dikatakan sebagai bentuk khusus yang paling
nyata dari berbagai fungsi pemeliharaan dan pengembangan dalam segala pelayanan
bimbingan dan konseling.Dengan layanan tersebut siswa dipelihara kondisinya,
sambil memperbaiki kondisi-kondisi yang kurang memungkinkan. Pemeliharaan dan
perbaikan kondisi itu tidak lain untuk memungkinkan terjadinya proses
perkembangan yang semakin cepat dan lancar sehingga tercapai keadaan optimal
sesuai dengan tahap perkembangan yang sedang dijalaninya.
Peranan
orang tua atau wali siswa juga cukup penting, terutama dalam memberikan data
pendukung tentang siswa.Menjalankan keputusan tentang penempatan dan penyaluran
yang dilakukan oleh sekolah dengan layanan serta perlakuan orang tua terhadap
anak dan dalam memberikan kemudahan-kemudahan bagi kegiatan belajar siswa
(seperti izin bagi anak untuk melakukan kegiatan, khususnya kegiatan di luar
jam pelajaran; penyediaan buku-buku dan alat-alat keperluan pembelajaran; serta
biaya).Apabila trio "guru – guru BK – orang tua" kompak dan matang
dalam menangani layanan penempatan dan penyaluran demi kebahagiaan siswa,
sangat dapat diharapkan perkembangan siswa berada pada jalur yang tepat.
5.
Evaluasi dan Akuntabilitas
Istilah
evaluasi berasal dari bahasa Inggris, yaitu Evaluation. Dalam buku
"Essentials of Educational Evaluation", Edwind Wand dan Gerald W.
Brown, mengatakan bahwa : "Evaluation rafer to the act or prosses to
determining the value of something". Jadi menurut Wand dan Brown,
evaluasi adalah suatu tindakan atau suatu proses untuk menentukan nilai dari
pada sesuatu. Sesuai dengan pendapat tersebut maka evaluasi pelaksanaan
bimbingan dan konseling dapat diartikan sebagai suatu tindakan atau suatu
proses untuk menentukan nilai segala sesuatu dalam pelaksanaan bimbingan dan
konseling di sekolah yang diharapkan oleh Departemen Pendidikan.
Evaluasi
ini dapat pula diartikan sebagai proses pengumpulan informasi (data) untuk
mengetahui efektivitas (keterlaksanaan dan ketercapaian) kegiatan-kegiatan yang
telah dilaksanakan dalam upaya mengambil keputusan. Pengertian lain dari
evaluasi ini adalah suatu usaha mendapatkan berbagai informasi secara berkala,
berkesinambungan dan menyeluruh tentang proses dan hasil dari perkembangan
sikap dan perilaku, atau tugas-tugas perkembangan para siswa melalui program
kegiatan yang telah dilaksanakan.
evaluasi terhadap kegiatan
bimbingan dan konseling, mengandung tiga aspek penilaian, yaitu:
a.
Penilaian
terhadap program bimbingan dan konseling.
b.
Penilaian
terhadap proses pelaksanaan bimbingan dan konseling.
c.
Penilaian
terhadap hasil (Product) dari pelaksanaan kegiatan pelayanan bimbingan
dan konseling.
Kegiatan
evaluasi bertujuan untuk mengetahui keterlaksanaan kegiatan dan ketercapaian
tujuan dari program yang telah ditetapkan.Dalam melaksanakan suatu program,
dalam hal ini program bimbingan dan konseling, peranan evaluasi sangatlah
penting. Hasil evaluasi akan memberikan manfaat yang sangat berarti bagi
pelaksanaan program tersebut untuk selanjutnya.
Secara
umum, penyelenggaraan evaluasi bimbingan dan konseling bertujuan sebagai
berikut:
a.
Mengetahui
kemajuan program bimbingan dan konseling atau subjek yang telah memanfaatkan
layanan bimbingan dan konseling.
b.
Mengetahui
tingkat efesiensi dan efektifitas strategi pelaksanaan program bimbingan dan
konseling yang telah dilaksanakan dalam kurun waktu tertentu.
c.
Secara
operasional, penyelenggaraan evaluasi pelaksanaan program bimbingan dan
konseling ditujukan untuk:
1)
Meneliti
secara berkala pelaksanaan program bimbingan dan konseling.
2)
Mengetahui
tingkat efisiensi dan efektifitas dari layanan bimbingan dan konseling.
3)
Mengetahui
jenis layanan yang sudah atau belum dilaksanakan dan atau perlu diadakan
perbaikan dan pengembangan.
4)
Mengetahui
sampai sejauh mana keterlibatan semua pihak dalam usaha menunjang keberhasilan
pelaksanaan program bimbingan dan konseling.
Sedangkan secara khusus
tujuan evaluasi bimbingan dan konseling adalah:
a.
Untuk
mengetahui jenis-jenis layanan bimbingan dan konseling apakah sudah ada atau
belum diberikan kepada siswa di sekolah/madrasah.
b.
Untuk
mengetahui aspek-aspek lain apakah yang perlu dimasukkan kedalam program
bimbingan untuk perbaikan layanan yang diberikan.
c.
Untuk
membantu kepala sekolah/madrasah, guru-guru termasuk pembimbing atau konselor
dalam melakukan perbaikan tata kerja mereka dalam memahami dan memenuhi
kebutuhan tiap-tiap siswa.
d.
Untuk
mengetahui dalam bagian-bagian manakah dari program bimbingan yang perlu
diadakan perbaikan-perbaikan.
e.
Untuk
mendorong semua personil bimbingan agar bekerja leih giat dalam mengembangkan
program-program bimbingan.
Adapun
fungsi evaluasi program bimbingan dan konseling di sekolah adalah:
Memberikan umpan balik (feed
back) kepada guru pembimbing (konselor) untuk memperbaiki atau
mengembangkan program bimbingan dan konseling.
Memberikan informasi kepada
pihak pimpinan sekolah, guru mata pelajaran, dan orang tua siswa tentang
perkembangan sikap dan perilaku, atau tingkat ketercapaian tugas-tugas
perkembangan siswa, agar secara bersinergi atau berkolaborasi meningkatkan
kualitas implementasi program bimbingan dan konseling di sekolah/madrasah.
Aspek-aspek yang Dievaluasi
Ada
dua macam aspek kegiatan penilaian program kegiatan bimbingan, yaitu penilaian
proses dan penilaian hasil. Penilaian proses dimaksudkan untuk mengetahui
sampai sejauh mana keefektifan pelayanan bimbingan dilihat dari prosesnya,
sedangkan penilaian hasil dimaksudkan untuk memperoleh informasi keefektifan
pelayanan bimbingan dilihat dari hasilnya. Aspek yang dinilai baik prosesnya
maupun hasil antara lain:
a.
kesesuaian
antara program dengan pelaksanaan;
b.
keterlaksanaan
program;
c.
hambatan-hambatan
yang dijumpai;
d.
dampak
pelayanan bimbingan terhadap kegiatan belajar mengajar;
e.
respon
peserta didik, personel sekolah/madrasah, orang tua, dan masyarakat terhadap
pelayanan bimbingan;
f.
perubahan
kemajuan peserta didik dilihat dari pencapaian tujuan pelayanan bimbingan,
pencapaian tugas-tugas perkembangan dan hasil belajar, dan keberhasilan peserta
didik setelah menamatkan sekolah/madrasah baik pada studi lanjutan ataupun pada
kehidupannya di masyarakat.
Apabila dilihat dari sifat
evaluasi, evaluasi bimbingan dan konseling lebih bersifat penilaian dalam
proses yang dapat dilakukan dengan cara berikut ini.
a.
Mengamati
partisipasi dan aktivitas peserta didik dalam kegiatan pelayanan bimbingan.
b.
Mengungkapkan
pemahaman peserta didik atas bahan-bahan yang disajikan atau
pemahaman/pendalaman peserta didik atas masalah yang dialaminya.
c.
Mengungkapkan
kegunaan pelayanan bagi peserta didik dan perolehan peserta didik sebagai hasil
dari partisipasi/aktivitasnya dalam kegiatan pelayanan bimbingan.
d.
Mengungkapkan
minat peserta didik tentang perlunya pelayanan bimbingan lebih lanjut.
e.
Mengamati
perkembangan peserta didik dari waktu ke waktu (butir ini terutama dilakukan
dalam kegiatan pelayanan bimbingan yang berkesinambungan).
f.
Mengungkapkan
kelancaran proses dan suasana penyelenggaraan kegiatan pelayanan.
Langkah-langkah Evaluasi
Pelaksanaan evaluasi program ditempuh melalui
langkah-langkah berikut.
a.
Merumuskan
masalah atau instrumentasi
b.
Mengembangkan
atau menyusun instrumen pengumpul data.
c.
Mengumpulkan
dan menganalisis data..
d.
Melakukan
tindak lanjut (follow up).
Akuntabilitas
Secara harfiah, konsep
akuntabilitas atau accountability berasal dari dua kata, yaitu account
(rekening, laporan atau catatan) dan ability (kemampuan).Akuntabilitas
bisa diartikan sebagai kemampuan menunjukkan laporan atau catatan yang dapat
dipertanggungjawabkan. Akuntabilitas, meskipun dibahas sebagai istilah tunggal,
dapat dimaknai dengan cara yang berbeda. Stone & Dahir ( dalam diltz and
kimberly, 2010) mendefinisikan akuntabilitas sebagai kemampuan untuk
menyediakan dokumentasi tentang efektivitas hasil kegiatan profesional. Myrick,
2003 (dalam diltz and kimberly, 2010) mendefinisikan akuntabilitas sebagai
jawaban atas tindakan seseorang, terutama dalam hal menetapkan tujuan,
melaksanakan prosedur, dan menggunakan hasil untuk perbaikan program
Akuntabilitas pelayanan
terwujud dalam kejelasan program, proses implementasi, dan hasil-hasil yang
dicapai serta informasi yang dapat menjelaskan apa dan mengapa sesuatu proses
dan hasil terjadi atau tidak terjadi. Hal yang amat penting di dalam
akuntabilitas adalah informasi yang terkait dengan faktor-faktor yang
mempengaruhi keberhasilan dan/atau kegagalan peserta didik di dalam mencapai
kompetensi.Oleh karena itu seorang konselor perlu menguasai data dan bertindak
atas dasar data yang terkait dengan perkembangan peserta didik.
Analisis
Hasil Evaluasi Program dan Tindak Lanjut
Hasil
evaluasi menjadi umpan balik program yang memerlukan perbaikan, kebutuhan peserta
didik yang belum terlayani, kemampuan personil dalam melaksanakan program,
serta dampak program terhadap perubahan perilaku peserta didik dan pencapaian
prestasi akademik, peningkatan mutu proses pembelajaran dan peningkatan mutu
pendidikan.Hasil analisis harus ditindaklanjuti dengan menyusun program
selanjutnya sebagai kesinambungan program, mengembangkan jejaring pelayanan
agar pelayanan bimbingan dan konseling lebih optimal, melakukan referal bagi
peserta didik-peserta didik yang memerlukan bantuan khusus dari ahli lain,
serta mengembangkan komitmen baru kebijakan orientasi dan implementasi
pelayanan bimbingan dan konseling selanjutnya.
DAFTAR PUSTAKA
Depdiknas.2007. Penataan Pendidikan
Profesional Konselor dan Layanan Bimbingan dan Konseling dalam Jalur Pendidikan
Formal.Dipublikasikan oleh Jurusan Psikologi Pendidikan dan Bimbingan
Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Pendidikan Indonesia.
Diltz ,Dilani M Perera& Kimberly L Mason: 2010. "Exploration of
Accountability
Practices of School Counselor : A National Study":Journal of Professional Counseling, Practice, Theory, & Research. Austin: 38 Spring .1sted; pg. 52, 19 pgs.
Accountability
Practices of School Counselor : A National Study":Journal of Professional Counseling, Practice, Theory, & Research. Austin: 38 Spring .1sted; pg. 52, 19 pgs.
Mulyadi, A. 2003.Dasar-dasar Bimbingan dan
Konseling. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional.
Prayitno, Prof. Dr dan Drs. Erman Amti. 2004.
Dasar-dasar Bimbingan dan Konseling. Jakarta: PT Rineka Cipta.
Purwoko, Budi. 2008. Organisasi dan
Managemen Bimbingan Konseling. Surabaya: Unesa University Press.
Syamsu, Yusuf Dr., L.N. dan Dr. A. Juntika
Nurihsan. 2009. Landasan Bimbingan dan Konseling. Bandung: Rosda