Sabtu, 25 April 2015

resume BK kelompok 7



Pembelajaran Berbasis Bimbingan
(Analisis/Pengkajian Model-Model Pembelajaran yang Lebih Berorientasi Pengembangan Individu)
https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgqNBdCKMJUp4-ofxy3khu-0ujVxDfozeQELDsD98mAHJsqqgqokTCrpP79CP5tkESzWUH28osr8NpeTlgcx5xvdfUSbnzHW24nmvAqbX2KfsGA6E9ZnoB42E743asOsoSwgZ025sHU_DNo/s1600/b.jpg
A.       Konsep Dasar Pembelajaran Berbasis Bimbingan
Konsep Bimbingan
Bimbingan merupakan terjemahan dari “Guidance”. Guidance berasal dari akar kata “Guide” yang secara luas bermakna mengarahkan (to direct), memandu (to pilot), mengelola (to manage), menyampaikan (to descript), mendorong (to motivate), membantu mewujudkan (helping to create), memberi (to giving), bersunguh-sungguh (to commit). Sehingga bila dirangkai dalam sebuah kalimat konsep, Bimbingan adalah usaha sadar secara demokratis dan sungguh-sungguh untuk memberikan bantuan dengan menyampaikan arahan, panduan, dorongan, dan pertimbangan agar yang diberi bantuan mampu mengelola, mewujudkan apa yang menjadi harapannya. Sehinggga bimbingan adalah suatu proses berkesinambungan sebagai upaya membantu untuk memfasilitasi individu agar berkembang secara optimal.
Perkembangan optimal adalah perkembangan yang sesuai dengan potensi individu dan sistem nilai tentang kehidupan yang baik dan benar, perkembangan optimal merupakan kondisi dinamik, dimana individu mampu mengenal dan memahami diri, berani menerima kenyataan diri secara subyektif, mengarahkan diri sesuai dengan kemampuan, kesempatan dan sistem nilai dan melakukan pilihan dan mengambil keputusan atas tanggung jawab sendiri.

Konsep Pembelajaran dan Pembelajaran Berbasis Bimbingan
Belajar adalah proses perubahan di dalam kepribadian manusia dan perubahan tersebut ditampakkan dalam bentuk peningkatan kualitas dan kuantitas tingkah laku seperti peningkatan kecakapan, pengetahuan, sikap, kebiasaan, pemahaman, keterampilam, daya pikir, dan kemampuan-kemampuan yang lain.
Arif (2012) menyatakan bahwa pembelajaran adalah penyediaan sistem lingkungan yang mengakibatkan terjadinya proses belajar pada diri siswa. Pembelajaran juga merupakan upaya yang dilakukan pendidik agar peserta didik belajar atau membelajarkan diri. Belajar yang dimaksud adalah proses perubahan perilaku sebagai akibat dari pengalaman. Perubahan disini sebagai hasil pembelajaran bersifat positif dan normatif.
Menurut Budiman (Najjah, 2015), pembelajaran berbasis bimbingan seharusnya berlandaskan pada prinsip-prinsip bimbingan yaitu:
a.         Didasarkan pada Needs assessment (sesuai dengan kebutuhan)
b.         Dikembangkan dalam suasana membantu (helping relationship)
c.         Bersifat memfasilitasi
d.         Berorientasi pada: (1) learning to be (belajar menjadi); (2) learning to learn (belajar untuk belajar); (3) learning to work (belajar untuk bekerja dan berkarir); (4) learning to live together (belajar untuk hidup bersama).
e.         Tujuan utama perkembangan potensi secara optimal.

Ciri-ciri Model Pembelajaran Berbasis Bimbingan
Menurut Kartadinata dan Dantes (dalam Mariyana, 2008, hlm. 2) pembelajaran berbasis bimbingan memiliki ciri-ciri berikut:
a.         Diperuntukkan bagi semua siswa.
b.        Memperlakukan siswa sebagai individu yang unik dan sedang berkembang.
c.         Mengakui siswa sebagai individu yang bermartabat dan berkemampuan.
d.        Terarah ke pengembangan segenap aspek perkembangan anak secaramenyeluruh dan optimal.
e.         Disertai dengan berbagai sikap guru yang positif dan mendukung aktualisasi berbagai minat, potensi, dan kapabilitas siswa sesuai dengan norma-norma kehidupan yang dianut.
Ciri-ciri lain dari model pembelajaran berbasis bimbingan, yaitu:
a.         Diperuntukkan bagi semua peserta didik dalam arti kata merupakan suatu kinerja yang berorientasi sepenuhnya terhadap kebutuhan individual siswa.
b.        Sangat memperhatikan keamanan psikologis siswa baik dalam proses pembelajaran atau di saat prosesi istirahat.
c.         Memperlakukan siswa sebagai individu yang unik dan sedang berkembang.
d.        Mengakui siswa sebagai individu yang bermartabat dan berkemampuan.
e.         Penuh penghargaan.
f.         Pemberian reward untuk semua prestasi siswa baik itu prestasi yang besar ataupun yang kecil sekalipun.
g.         Menghindari hukuman fisik agar tidak terjadi kecacatan mental dini dalam dunia pendidikan.
h.        Demokratis bahwa di setiap pembelajaran yang berbau bimbingan guru wajib mendengarkan suara siswa terlebih dahulu agar terjadi komunikasi yang baik dan mendapat pemecahan masalah yang mendalam.
i.          Terarah ke pengembangan segenap aspek perkembangan siswa secara menyeluruh dan optimal.
j.          Disertai dengan berbagai sikap guru yang positif dan mendukung aktualisasi berbagai minat, potensi, dan kapabilitas siswa sesuai dengan norma-norma kehidupan yang dianut.
Prinsip-prinsip Pembelajaran Berbasis Bimbingan
Pembelajaran berbasis bimbingan merupakan pembelajaran yang berdasarkan pada prinsip-prinsip bimbingan sehingga prinsip-prinsip pembelajaran berbasis bimbingan pun tidak terlepas dari prinsip-prinsip bimbingan yaitu:
a.         Proses membantu individu
b.        Bertitik tolak pada individu yang dibimbing
c.         Didasarkan pada pemahaman atas keragaman individu yang dibimbing
d.        Pada batas tertentu perlu ada referal
e.         Dimulai dengan identifikasiatas kebutuhan individu
f.         Diselenggarakan secara luwes dan fleksibel
g.         Sejalan dengan visi dan misi lembaga
h.        Dikelola dengan orang yang memiliki keahlian di bidang bimbingan
i.          Ada sistem evaluasi yang digunakan
Adapun pembelajaran yang berlandaskan pada prinsip-prinsip bimbingan menurut Budiman (2008) adalah:
a.         Didasarkan pada Needs Assesment
adalah   proses mengumpulkan informasi tentang kesenjangan dan menentukan prioritas dari kesenjangan untuk dipecahkan.
b.        Dikembangkan dalam Suasana Membantu (Helping Relationship)
Helping Relationship sebagai suatu relasi yang terjadi diantara dua pihak, dimana salah satu pihak mempunyai kehendak untuk meningkatkan pertumbuhan, perkembangan, kedewasaan, memperbaiki berfungsinya dan memperbaiki kemampuan pihak yang lain untuk menghadapi dan menangani kehidupannya sendiri (Rogers dalam Sugiyatno, tt)
c.         Empati
Hurlock (dalam Asih dkk., 2010) mengungkapkan bahwa empati adalah kemampuan seseorang untuk mengerti tentang perasaan dan emosi orang lain serta kemampuan untuk membayangkan diri sendiri di tempat orang lain.
d.        Keterbukaan
Merupakan salah satu asas bimbingan dan konseling yang menghendaki agar siswa (klien) yang menjadi sasaran layanan/kegiatan bersikap trerbuka dan tidak berpura-pura
e.         Kehangatan psikologis
Kehangatan mempunyai makna sebagai suatu kondisi yang mampu menjadi pihak yang ramah, peduli, dan dapat menghibur orang lain. Realistis
f.         Bersifat Memfasilitasi
g.         Berorientasi pada:
1)        Learning to be (belajar untuk menjadi)
yaitu pembelajaran bertujuan untuk membentuk pribadi-pribadi yang memiliki: (a) andil terhadap pembentukan nilai-nilai yang dimiliki bersama; (b) kemampuan menghubungkan antara tangan dan pikiran individu dengan masyarakat, pembentukan kognitif dan non kognitif, serta pembelajaran formal dan non formal.
2)        Learning to learn (belajar untuk belajar)
3)        Learning to work (belajar untuk bekerja dan berkarier)
4)        Learning to live together (belajar untuk hidup bersama)
h.        Tujuan utama perkembangan potensi secara optimal.

Model-model Pembelajaran yang Berorientasi pada Pengembangan Individu
Menurut Malau (2006, hlm.3) model pembelajaran adalah kerangka konseptual yang melukiskan prosedur yang sistematis dalam mengorganisasikan pengalaman belajar untuk mencapai tujuan belajar tertentu, dan berfungsi sebagai pedoman bagi para perancang pembelajaran dan para pengajar dalam merencanakan dan melaksanakan aktivitas pembelajaran. Dengan demikian aktivitas pembelajaran benar-benar merupakan kegiatan bertujuan yang tertata secara sistematis.
Model Pemrosesan Informasi
Model pembelajaran ini berdasarkan teori belajar kognitif (Piaget) dan berorientasi pada kemampuan siswa memproses informasi yang dapat memperbaiki kemampuannya.
Menurut Rusman (tt, hlm.12) ada Sembilan langkah yang harus diperhatikan guru di kelas yang kaitannya dengan model pembelajaran pemrosesan informasi, yaitu:
a.         Melakukan tindakan untuk menarik perhatian siswa.
b.        Memberikan informasi mengenai tujuan pembelajaran dan topik yang akan dibahas.
c.         Merangsang siswa untuk memulai aktivitas pembelajaran,
d.        Menyampaikan isi pembelajaran sesuai dengan topik yang telah ditentukan.
e.         Memberikan bimbingan bagi aktivitas siswa dalam pembelajaran.
f.         Memberikan penguatan pada perilaku pembelajaran.
g.         Memberikan feedback terhadap perilaku yang ditunjukkan siswa.
h.        Melaksanakan penilaian proses dan hasil.
i.          Memberikan kesempatan kepada siswa untuk bertanya dan menjawab berdasarkan pengalamannya.
Model Personal
Perhatian utama dari model personal ada pada emosional siswa untuk mengembangkan hubungan yang produktif dengan lingkungannya. Model pembelajaran personal adalah model pembelajaran yang bertitik tolak pada teori Humanistik, yaitu berorientasi terhadap pengembangan individu. Menurut teori ini, guru harus berupaya menciptakan kondisi kelas yang kondusif, agar siswa merasa bebas dalam belajar dan mengembangkan dirinya baik emosional maupun intelektual.
Model pembelajaran personal ini meliputi strategi pembelajaran sebagai berikut:
a.              Pembelajaran Non-Direktif, bertujuan untuk membentuk kemampuan dan perkembangan pribadi (kesadaran diri, pemahaman, dan konsep diri).
b.             Latihan kesadaran, bertujuan untuk meningkatkan kemampuan interpersonal atau kepedulian siswa.
c.              Sinektik, untuk mengembangkan kreativitas pribadi dan memecahkan masalah secara kreatif.
d.             Sistem konseptual, untuk meningkatkan kompleksitas dasar pribadi yang luwes.
Model Interaksi Sosial
Model pembelajaran ini, hal yang diharapkan dapat dikembangkan oleh siswa adalah bagaimana berhubungan secara baik dengan masyarakatnya.
Model interaksi sosial ini mencakup strategi pembelajaran sebagai berikut:
a.    Kerja kelompok
b.    Pertemuan kelas
c.    Pemecahan masalah sosial atau inquiry
d.    Model Laboratorium
e.    Bermain peranan
f.     Simulasi solusi
Model Modifikasi Tingkah Laku
Model ini, lebih menekankan pada aspek perubahan perilaku psikologis dan yang tidak dapat diamati. Dalam hal ini, peran guru adalah selalu memperhatikan terhadap tingkah laku belajar siswa.
Model Pembelajaran Terpadu Berbasis Budaya
Model pembelajaran terpadu berbasis budaya yang dikembangkan untuk meningkatkan apresiasi siswa terhadap budaya lokal dan dikembangkan berdasarkan pengalaman awal budaya siswa. Komponen desainnya terdiri atas tema budaya lokal, alat media dan sumber yang beragam dan kontekstual, serta komponen penilaian menekankan pada penilaian proses dan hasil.
Model Pembelajaran Kooperatif (Cooperative Learning)
Pembelajaran kooperatif adalah salah satu bentuk pembelajaran yang berdasarkan paham konstruktivis. Pembelajaran kooperatif merupakan strategi belajar dengan sejumlah siswa sebagai anggota kelompok kecil yang tingkat kemampuannya berbeda.
Menurut Slavin (dalam Riadi, 2012) tujuan pembelajaan kooperatif adalah menciptakan situasi dimana keberhasilan individu ditentukan atau dipengaruhi oleh keberhasilan kelompoknya.
Langkah-langkah pembelajaran Cooperative Learning menurut Arends (dalam Fatirul, 2008, hlm. 20) adalah:
a.              Menyampaikan tujuan dan memotivasi siswa
b.             Menyajikan informasi
c.              Mengorganisasikan siswa kedalam kelompok-kelompok belajar
d.             Membimbing kelompok bekerja dan belajar
e.              Evaluasi
f.              Memberikan penghargaan
Model pembelajaran kontekstual
Menurut Nurhadi (dalam Riadi, 2013) pembelajaran kontekstual merupakan suatu konsep belajar dimana guru menghadirkan situasi dunia nyata ke dalam kelas dan mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapan dalam kehidupan mereka sebagai anggota keluarga dan masyarakat. Tugas guru pada model pembelajaran kontekstual ini adalah membantu siswa mencapai tujuannya. Tugas guru mengelola kelas sebagai sebuah tim yang bekerja bersama menemukan sesuatu yang baru bagi siswa. Pembelajaran kontekstual menempatkan siswa dalam konteks bermakna yang menghubungkan pengetahuan awal siswa dengan materi yang sedang dipelajari dan sekaligus memperhatikan faktor kebutuhan individual siswa dan peranan guru.

Model Pembelajaran Berbasis Masalah (Problem Based Learning)
Menurut Glazer (dalam Nurfianti, 2011) mengemukakan Problem Based Learning merupakan suatu strategi pengajaran dimana siswa secara aktif dihadapkan pada masalah kompleks dalam situasi yang nyata.
Tahap-tahap pembelajaran Problem Based Learning menurut Trianto (dalam Nurfianti, 2011) adalah:
a.              Orientasi siswa pada masalah
b.             Mengorganisasi siswa
c.              Membimbing penyelidikan individu maupun kelompok
d.             Mengembangkan dan menyajikan hasil
e.              Menganalisis dan mengevaluasi proses dan hasil pemecahan masalah

Maka dari itu, dalam pembelajaran, guru harus dapat memilih model pembelajaran apa yang cocok dengan karakteristik setiap siswanya, serta guru harus dapat menguasai model yang akan digunakan sebelum di implementasikan di dalam proses pembelajaran

Referensi
Abdullah, R. (2014). Dampak Penerapan Pembelajaran Berbasis Kerja Terhadap Hasil Belajar Praktek Kerja Kayu Mahasiswa Jurusan Teknik Sipil, Prosiding Konvensi Nasional Asosiasi Pendidikan Teknologi dan Kejuruan (APTEKINDO) ke 7 FPTK Universitas Pendidikan Indonesia. Bandung.
Alexon dan Sukmadinata. (2010). Pengembangan Model Pembelajaran Terpadu Berbasis Budaya untuk Meningkatkan Apresiasi Siswa terhadap Budaya Lokal. Cakrawala Pendidikan, XXIX (2), hlm. 201
Arif, F. (2012). Model Pembelajaran Berbasis Bimbingan dan Konseling. [Online]. Diakses dari https://fingeridea.wordpress.com/2012/05/23/model-pembelajaran-berbasis-bimbingan-dan-konseling/
Asih dkk. (2010). Perilaku Prososial Ditinjau Dari Empati Dan Kematangan Emosi. Jurnal
Aulia, R.A. (2015). Konsep Dasar Bimbingan dan Konseling. [Online]. Diakses dari kieeaulia47.blogspot.com/
Budiman, N. (2009). Strategi Pembelajaran Berbasis Bimbingan. Bandung: Fakultas Ilmu Pendidikan UPI Bandung
Fatirul, A.N. (2008). Cooperative Learning. [Online]. Diakses dari https://trimanjuniarso.files.wordpress.com/2008/02/c00perative-learning.pdf
Kania, G. (2014). Program Bimbingan untuk meningkatkan Motivasi Belajar pada Siswa yang Berlatar Belakang Keluarga Disfungsional. (Skripsi). Bandung : UPI. Tidak diterbitkan
Mariyana, R. (2008). Kompetensi Guru dalam Pembelajran Berbasis Bimbingan di Taman Kanak-kanak (studi Deskriptif terhadap Guru TK di Kota Bandung). [Online]. Diakses dari http://file.upi.edu/Direktori/FIP/JUR._PGTK/197803082001122RITA_MARIYANA/JURNAL_kompetensi_guru_dalam_PBB.pdf
Najjah, S. (2015). Pembelajaran Berbasis Bimbingan (Mengkaji Model-Model Pembelajaran yang Lebih Berorientasi Pengembangan Individu). [Online]. Diakses http://suroyyalailatunnajjah.blogspot.com/2015/04/pembelajaran-berbasis-bimbingan.html
Nurfianti. (2010). Penerapan Model Pembelajaran Based Learning pada Materi Kelarutan dan Hasil Kali Kelarutan. (Skripsi). UPI. Tidak diterbitkan.
Perdana, A. (2013). Pengertian Belajar, Mengajar, Pembelajar dan Pembelajaran. [Online]. Diakses dari http://www.andreanperdana.com/2013/03/pengertian-belajar-mengajar-pembelajar.html
Riadi, M. (2012). Pengertian Pembelajaran Kooperatif. [Online]. Diakses dari http://www.kajianpustaka.com/2012/10/pembelajaran-kooperatif.html
Riadi, M. (2013). Pembelajaran Kontekstual. [Online]. Diakses dari http://www.kajianpustaka.com/2013/08/pembelajaran-kontekstual.html
Rusman. (Tanpa Tahun). Pendekatan dan Model Pembelajaran. [Online]. Diakses darihttp://file.upi.edu/Direktori/FIP/JUR._PEND._LUAR_BIASA/196209061986011AHMAD_MULYADIPRANA/PDF/Model_Pengembangan_Pembelajaran.pdf
Sugiyatno. Dasar-dasar Bimbingan dan Konseling. [Online]. Diakses dari http://staff.uny.ac.id/sites/default/files/pendidikan/sugiyatno-mpd/materi-kuliah-dasar-dasar-bk.pdf
Suherman, dkk. (2001). Strategi Pembelajaran Matematika Kontemporer. Bandung: JICA-UPI
Triasari, A. (2014). Pengaruh Pembelajaran dengan Pendekatan Scientific terhadap Peningkatan Kemampuan Abstraksi Siswa SMA. (Skripsi). Bandung : UPI. Tidak diterbitkan
Wardhani. N. (2007). Keterkaitan Konsep Konseling Dengan Aspek-Aspek Psikologis.
Waziroh dkk. (2012). Analisis Kebutuhan Pembelajaran  Dalam Perancangan Pembelajaran yang Mendidik Di SD/MI. [artikel]. Tidak diterbitkan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar