Pembelajaran
Berbasis Bimbingan
(Analisis/Pengkajian
Model-Model Pembelajaran yang Lebih Berorientasi Pengembangan Individu)

A.
Konsep Dasar Pembelajaran
Berbasis Bimbingan
Konsep
Bimbingan
Bimbingan
merupakan terjemahan dari “Guidance”.
Guidance berasal dari akar kata “Guide” yang secara luas bermakna
mengarahkan (to direct), memandu (to pilot), mengelola (to manage), menyampaikan (to descript), mendorong (to motivate), membantu mewujudkan (helping to create), memberi (to giving), bersunguh-sungguh (to commit). Sehingga bila dirangkai
dalam sebuah kalimat konsep, Bimbingan adalah usaha sadar secara demokratis dan
sungguh-sungguh untuk memberikan bantuan dengan menyampaikan arahan, panduan,
dorongan, dan pertimbangan agar yang diberi bantuan mampu mengelola, mewujudkan
apa yang menjadi harapannya. Sehinggga bimbingan adalah suatu proses
berkesinambungan sebagai upaya membantu untuk memfasilitasi individu agar
berkembang secara optimal.
Perkembangan
optimal adalah perkembangan yang sesuai dengan potensi individu dan sistem
nilai tentang kehidupan yang baik dan benar, perkembangan optimal merupakan
kondisi dinamik, dimana individu mampu mengenal dan memahami diri, berani
menerima kenyataan diri secara subyektif, mengarahkan diri sesuai dengan
kemampuan, kesempatan dan sistem nilai dan melakukan pilihan dan mengambil
keputusan atas tanggung jawab sendiri.
Konsep
Pembelajaran dan Pembelajaran Berbasis Bimbingan
Belajar adalah proses
perubahan di dalam kepribadian manusia dan perubahan tersebut ditampakkan dalam
bentuk peningkatan kualitas dan kuantitas tingkah laku seperti peningkatan
kecakapan, pengetahuan, sikap, kebiasaan, pemahaman, keterampilam, daya pikir,
dan kemampuan-kemampuan yang lain.
Arif
(2012) menyatakan bahwa pembelajaran adalah penyediaan sistem lingkungan yang
mengakibatkan terjadinya proses belajar pada diri siswa. Pembelajaran juga
merupakan upaya yang dilakukan pendidik agar peserta didik belajar atau
membelajarkan diri. Belajar yang dimaksud adalah proses perubahan perilaku
sebagai akibat dari pengalaman. Perubahan disini sebagai hasil pembelajaran
bersifat positif dan normatif.
Menurut
Budiman (Najjah, 2015), pembelajaran berbasis bimbingan seharusnya berlandaskan
pada prinsip-prinsip bimbingan yaitu:
a.
Didasarkan
pada Needs assessment (sesuai dengan
kebutuhan)
b.
Dikembangkan
dalam suasana membantu (helping
relationship)
c.
Bersifat
memfasilitasi
d.
Berorientasi
pada: (1) learning to be (belajar
menjadi); (2) learning to learn
(belajar untuk belajar); (3) learning to
work (belajar untuk bekerja dan berkarir); (4) learning to live together (belajar untuk hidup bersama).
e.
Tujuan
utama perkembangan potensi secara optimal.
Ciri-ciri Model
Pembelajaran Berbasis Bimbingan
Menurut Kartadinata dan Dantes
(dalam Mariyana, 2008, hlm. 2) pembelajaran berbasis bimbingan memiliki
ciri-ciri berikut:
a.
Diperuntukkan
bagi semua siswa.
b.
Memperlakukan
siswa sebagai individu yang unik dan sedang berkembang.
c.
Mengakui
siswa sebagai individu yang bermartabat dan berkemampuan.
d.
Terarah
ke pengembangan segenap aspek perkembangan anak secaramenyeluruh dan optimal.
e.
Disertai
dengan berbagai sikap guru yang positif dan mendukung aktualisasi berbagai
minat, potensi, dan kapabilitas siswa sesuai dengan norma-norma kehidupan yang
dianut.
Ciri-ciri
lain dari model pembelajaran berbasis bimbingan, yaitu:
a.
Diperuntukkan
bagi semua peserta didik dalam arti kata merupakan suatu kinerja yang
berorientasi sepenuhnya terhadap kebutuhan individual siswa.
b.
Sangat
memperhatikan keamanan psikologis siswa baik dalam proses pembelajaran atau di
saat prosesi istirahat.
c.
Memperlakukan
siswa sebagai individu yang unik dan sedang berkembang.
d.
Mengakui
siswa sebagai individu yang bermartabat dan berkemampuan.
e.
Penuh
penghargaan.
f.
Pemberian
reward untuk semua prestasi siswa
baik itu prestasi yang besar ataupun yang kecil sekalipun.
g.
Menghindari
hukuman fisik agar tidak terjadi kecacatan mental dini dalam dunia pendidikan.
h.
Demokratis
bahwa di setiap pembelajaran yang berbau bimbingan guru wajib mendengarkan
suara siswa terlebih dahulu agar terjadi komunikasi yang baik dan mendapat
pemecahan masalah yang mendalam.
i.
Terarah
ke pengembangan segenap aspek perkembangan siswa secara menyeluruh dan optimal.
j.
Disertai
dengan berbagai sikap guru yang positif dan mendukung aktualisasi berbagai
minat, potensi, dan kapabilitas siswa sesuai dengan norma-norma kehidupan yang
dianut.
Prinsip-prinsip
Pembelajaran Berbasis Bimbingan
Pembelajaran
berbasis bimbingan merupakan pembelajaran yang berdasarkan pada prinsip-prinsip
bimbingan sehingga prinsip-prinsip pembelajaran berbasis bimbingan pun tidak
terlepas dari prinsip-prinsip bimbingan yaitu:
a.
Proses
membantu individu
b.
Bertitik
tolak pada individu yang dibimbing
c.
Didasarkan
pada pemahaman atas keragaman individu yang dibimbing
d.
Pada
batas tertentu perlu ada referal
e.
Dimulai
dengan identifikasiatas kebutuhan individu
f.
Diselenggarakan
secara luwes dan fleksibel
g.
Sejalan
dengan visi dan misi lembaga
h.
Dikelola
dengan orang yang memiliki keahlian di bidang bimbingan
i.
Ada
sistem evaluasi yang digunakan
Adapun
pembelajaran yang berlandaskan pada prinsip-prinsip bimbingan menurut Budiman
(2008) adalah:
a.
Didasarkan
pada Needs Assesment
adalah
proses
mengumpulkan informasi tentang kesenjangan dan menentukan prioritas dari kesenjangan
untuk dipecahkan.
b.
Dikembangkan
dalam Suasana Membantu (Helping
Relationship)
Helping
Relationship sebagai suatu relasi
yang terjadi diantara dua pihak, dimana salah satu pihak mempunyai kehendak
untuk meningkatkan pertumbuhan, perkembangan, kedewasaan, memperbaiki
berfungsinya dan memperbaiki kemampuan pihak yang lain untuk menghadapi dan
menangani kehidupannya sendiri (Rogers dalam Sugiyatno, tt)
c.
Empati
Hurlock
(dalam Asih dkk., 2010) mengungkapkan bahwa empati adalah kemampuan seseorang
untuk mengerti tentang perasaan dan emosi orang lain serta kemampuan untuk
membayangkan diri sendiri di tempat orang lain.
d.
Keterbukaan
Merupakan
salah satu asas bimbingan dan konseling yang menghendaki agar siswa (klien)
yang menjadi sasaran layanan/kegiatan bersikap trerbuka dan tidak berpura-pura
e.
Kehangatan
psikologis
Kehangatan
mempunyai makna sebagai suatu kondisi yang mampu menjadi pihak yang ramah,
peduli, dan dapat menghibur orang lain. Realistis
f.
Bersifat Memfasilitasi
g.
Berorientasi pada:
1)
Learning
to be (belajar untuk menjadi)
yaitu pembelajaran bertujuan
untuk membentuk pribadi-pribadi yang memiliki: (a) andil terhadap pembentukan
nilai-nilai yang dimiliki bersama; (b) kemampuan menghubungkan antara tangan
dan pikiran individu dengan masyarakat, pembentukan kognitif dan non kognitif,
serta pembelajaran formal dan non formal.
2)
Learning
to learn (belajar untuk belajar)
3)
Learning
to work (belajar untuk bekerja dan berkarier)
4)
Learning
to live together (belajar untuk hidup bersama)
h.
Tujuan
utama perkembangan potensi secara optimal.
Model-model
Pembelajaran yang Berorientasi pada Pengembangan Individu
Menurut
Malau (2006, hlm.3) model pembelajaran adalah kerangka konseptual yang
melukiskan prosedur yang sistematis dalam mengorganisasikan pengalaman belajar
untuk mencapai tujuan belajar tertentu, dan berfungsi sebagai pedoman bagi para
perancang pembelajaran dan para pengajar dalam merencanakan dan melaksanakan
aktivitas pembelajaran. Dengan demikian aktivitas pembelajaran benar-benar
merupakan kegiatan bertujuan yang tertata secara sistematis.
Model Pemrosesan
Informasi
Model pembelajaran ini
berdasarkan teori belajar kognitif (Piaget) dan berorientasi pada kemampuan
siswa memproses informasi yang dapat memperbaiki kemampuannya.
Menurut Rusman (tt, hlm.12) ada
Sembilan langkah yang harus diperhatikan guru di kelas yang kaitannya dengan
model pembelajaran pemrosesan informasi, yaitu:
a.
Melakukan
tindakan untuk menarik perhatian siswa.
b.
Memberikan
informasi mengenai tujuan pembelajaran dan topik yang akan dibahas.
c.
Merangsang
siswa untuk memulai aktivitas pembelajaran,
d.
Menyampaikan
isi pembelajaran sesuai dengan topik yang telah ditentukan.
e.
Memberikan
bimbingan bagi aktivitas siswa dalam pembelajaran.
f.
Memberikan
penguatan pada perilaku pembelajaran.
g.
Memberikan
feedback terhadap perilaku yang ditunjukkan
siswa.
h.
Melaksanakan
penilaian proses dan hasil.
i.
Memberikan
kesempatan kepada siswa untuk bertanya dan menjawab berdasarkan pengalamannya.
Model Personal
Perhatian utama dari
model personal ada pada emosional siswa untuk mengembangkan hubungan yang produktif
dengan lingkungannya. Model pembelajaran personal adalah model pembelajaran
yang bertitik tolak pada teori Humanistik, yaitu berorientasi terhadap
pengembangan individu. Menurut teori ini, guru harus berupaya menciptakan
kondisi kelas yang kondusif, agar siswa merasa bebas dalam belajar dan
mengembangkan dirinya baik emosional maupun intelektual.
Model pembelajaran
personal ini meliputi strategi pembelajaran sebagai berikut:
a.
Pembelajaran
Non-Direktif, bertujuan untuk membentuk kemampuan dan perkembangan pribadi
(kesadaran diri, pemahaman, dan konsep diri).
b.
Latihan
kesadaran, bertujuan untuk meningkatkan kemampuan interpersonal atau kepedulian
siswa.
c.
Sinektik,
untuk mengembangkan kreativitas pribadi dan memecahkan masalah secara kreatif.
d.
Sistem
konseptual, untuk meningkatkan kompleksitas dasar pribadi yang luwes.
Model
Interaksi Sosial
Model pembelajaran
ini, hal yang diharapkan dapat dikembangkan oleh siswa adalah bagaimana
berhubungan secara baik dengan masyarakatnya.
Model interaksi
sosial ini mencakup strategi pembelajaran sebagai berikut:
a.
Kerja
kelompok
b.
Pertemuan
kelas
c.
Pemecahan
masalah sosial atau inquiry
d.
Model
Laboratorium
e.
Bermain
peranan
f.
Simulasi
solusi
Model
Modifikasi Tingkah Laku
Model ini, lebih
menekankan pada aspek perubahan perilaku psikologis dan yang tidak dapat
diamati. Dalam hal ini, peran guru adalah selalu memperhatikan terhadap tingkah
laku belajar siswa.
Model
Pembelajaran Terpadu Berbasis Budaya
Model pembelajaran
terpadu berbasis budaya yang dikembangkan untuk meningkatkan apresiasi siswa
terhadap budaya lokal dan dikembangkan berdasarkan pengalaman awal budaya
siswa. Komponen desainnya terdiri atas tema budaya lokal, alat media dan sumber
yang beragam dan kontekstual, serta komponen penilaian menekankan pada
penilaian proses dan hasil.
Model
Pembelajaran Kooperatif (Cooperative
Learning)
Pembelajaran
kooperatif adalah salah satu bentuk pembelajaran yang berdasarkan paham
konstruktivis. Pembelajaran kooperatif merupakan strategi belajar dengan
sejumlah siswa sebagai anggota kelompok kecil yang tingkat kemampuannya
berbeda.
Menurut Slavin (dalam
Riadi, 2012) tujuan pembelajaan kooperatif adalah menciptakan situasi dimana
keberhasilan individu ditentukan atau dipengaruhi oleh keberhasilan
kelompoknya.
Langkah-langkah
pembelajaran Cooperative Learning menurut Arends (dalam Fatirul, 2008, hlm. 20)
adalah:
a.
Menyampaikan
tujuan dan memotivasi siswa
b.
Menyajikan
informasi
c.
Mengorganisasikan
siswa kedalam kelompok-kelompok belajar
d.
Membimbing
kelompok bekerja dan belajar
e.
Evaluasi
f.
Memberikan
penghargaan
Model pembelajaran
kontekstual
Menurut Nurhadi (dalam Riadi,
2013) pembelajaran kontekstual merupakan suatu konsep belajar dimana guru
menghadirkan situasi dunia nyata ke dalam kelas dan mendorong siswa membuat
hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapan dalam kehidupan
mereka sebagai anggota keluarga dan masyarakat. Tugas guru pada model
pembelajaran kontekstual ini adalah membantu siswa mencapai tujuannya. Tugas
guru mengelola kelas sebagai sebuah tim yang bekerja bersama menemukan sesuatu
yang baru bagi siswa. Pembelajaran kontekstual menempatkan siswa dalam konteks
bermakna yang menghubungkan pengetahuan awal siswa dengan materi yang sedang
dipelajari dan sekaligus memperhatikan faktor kebutuhan individual siswa dan
peranan guru.
Model Pembelajaran
Berbasis Masalah (Problem Based Learning)
Menurut Glazer (dalam Nurfianti,
2011) mengemukakan Problem Based Learning
merupakan suatu strategi pengajaran dimana siswa secara aktif dihadapkan pada
masalah kompleks dalam situasi yang nyata.
Tahap-tahap pembelajaran Problem Based Learning menurut Trianto
(dalam Nurfianti, 2011) adalah:
a.
Orientasi
siswa pada masalah
b.
Mengorganisasi
siswa
c.
Membimbing
penyelidikan individu maupun kelompok
d.
Mengembangkan
dan menyajikan hasil
e.
Menganalisis
dan mengevaluasi proses dan hasil pemecahan masalah
Maka
dari itu, dalam pembelajaran, guru harus dapat memilih model pembelajaran apa
yang cocok dengan karakteristik setiap siswanya, serta guru harus dapat
menguasai model yang akan digunakan sebelum di implementasikan di dalam proses
pembelajaran
Referensi
Abdullah,
R. (2014). Dampak Penerapan
Pembelajaran Berbasis Kerja Terhadap Hasil Belajar Praktek Kerja Kayu Mahasiswa
Jurusan Teknik Sipil, Prosiding
Konvensi Nasional Asosiasi Pendidikan Teknologi dan Kejuruan (APTEKINDO) ke 7
FPTK Universitas Pendidikan Indonesia. Bandung.
Alexon
dan Sukmadinata. (2010). Pengembangan Model Pembelajaran Terpadu Berbasis
Budaya untuk Meningkatkan Apresiasi Siswa terhadap Budaya Lokal. Cakrawala Pendidikan, XXIX (2), hlm. 201
Arif,
F. (2012). Model Pembelajaran Berbasis Bimbingan dan Konseling. [Online]. Diakses dari
https://fingeridea.wordpress.com/2012/05/23/model-pembelajaran-berbasis-bimbingan-dan-konseling/
Asih dkk. (2010). Perilaku
Prososial Ditinjau Dari Empati Dan Kematangan Emosi. Jurnal
Aulia,
R.A. (2015). Konsep Dasar Bimbingan dan
Konseling. [Online]. Diakses dari
kieeaulia47.blogspot.com/
Budiman, N. (2009). Strategi
Pembelajaran Berbasis Bimbingan. Bandung: Fakultas Ilmu Pendidikan UPI
Bandung
Fatirul,
A.N. (2008). Cooperative Learning. [Online]. Diakses dari https://trimanjuniarso.files.wordpress.com/2008/02/c00perative-learning.pdf
Kania,
G. (2014). Program Bimbingan untuk
meningkatkan Motivasi Belajar pada Siswa yang Berlatar Belakang Keluarga
Disfungsional. (Skripsi). Bandung : UPI. Tidak diterbitkan
Malau,
J. (2006). Model-model Pembelajaran.
[Online]. Diakses dari http://file.upi.edu/Direktori/FPBS/JUR._PEND._SENI_RUPA/196501111994121-TASWADI/model_pembelajaran/Model_Pembelajaran.pdf
Mariyana,
R. (2008). Kompetensi Guru dalam
Pembelajran Berbasis Bimbingan di Taman Kanak-kanak (studi Deskriptif terhadap
Guru TK di Kota Bandung). [Online].
Diakses dari http://file.upi.edu/Direktori/FIP/JUR._PGTK/197803082001122RITA_MARIYANA/JURNAL_kompetensi_guru_dalam_PBB.pdf
Najjah,
S. (2015). Pembelajaran Berbasis
Bimbingan (Mengkaji Model-Model Pembelajaran yang Lebih Berorientasi
Pengembangan Individu). [Online].
Diakses http://suroyyalailatunnajjah.blogspot.com/2015/04/pembelajaran-berbasis-bimbingan.html
Nurfianti.
(2010). Penerapan Model Pembelajaran
Based Learning pada Materi Kelarutan dan Hasil Kali Kelarutan. (Skripsi).
UPI. Tidak diterbitkan.
Perdana,
A. (2013). Pengertian Belajar, Mengajar,
Pembelajar dan Pembelajaran. [Online].
Diakses dari
http://www.andreanperdana.com/2013/03/pengertian-belajar-mengajar-pembelajar.html
Riadi, M. (2012). Pengertian Pembelajaran Kooperatif. [Online]. Diakses dari http://www.kajianpustaka.com/2012/10/pembelajaran-kooperatif.html
Riadi, M. (2013). Pembelajaran Kontekstual. [Online].
Diakses dari http://www.kajianpustaka.com/2013/08/pembelajaran-kontekstual.html
Rusman.
(Tanpa Tahun). Pendekatan dan Model
Pembelajaran. [Online]. Diakses
darihttp://file.upi.edu/Direktori/FIP/JUR._PEND._LUAR_BIASA/196209061986011AHMAD_MULYADIPRANA/PDF/Model_Pengembangan_Pembelajaran.pdf
Sugiyatno.
Dasar-dasar
Bimbingan dan Konseling. [Online].
Diakses dari http://staff.uny.ac.id/sites/default/files/pendidikan/sugiyatno-mpd/materi-kuliah-dasar-dasar-bk.pdf
Suherman, dkk. (2001). Strategi Pembelajaran Matematika Kontemporer. Bandung: JICA-UPI
Triasari,
A. (2014). Pengaruh Pembelajaran dengan
Pendekatan Scientific terhadap Peningkatan Kemampuan Abstraksi Siswa SMA.
(Skripsi). Bandung : UPI. Tidak diterbitkan
Wardhani. N. (2007). Keterkaitan Konsep Konseling
Dengan Aspek-Aspek Psikologis.
Waziroh
dkk. (2012). Analisis Kebutuhan
Pembelajaran Dalam Perancangan Pembelajaran
yang Mendidik Di SD/MI. [artikel]. Tidak diterbitkan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar