A. Pengertian
Individu
Individu berasal dari kata in dan devided. Dalam
Bahasa Inggris in salah satunya
mengandung pengertian tidak, sedangkan divided
artinya terbagi. Jadi individu artinya tidak terbagi, atau suatu kesatuan.
Dalam Bahasa Latin individu berasal dari kata individium yang berarti yang tidak
terbagi, jadi merupakan suatu sebutan yang dapat dipakai untuk menyatakan suatu
kesatuan yang paling kecil dan terbatas. Individu bukan berarti manusia sebagai
suatu kesatuan yang tidak dapat dibagi-bagi melainkan sebagai kesatuan yang
terbatas, yaitu sebagai manusia perorangan sehingga sering digunakan sebagai
sebutan “orang-seorang” atau manusia “perorangan”. Individu merupakan kesatuan
aspek jasmani dan rohani. Dengan kemampuan rohaninya individu dapat berhubungan
dan berfikir serta dengan fikirannya itu mengendalikan dan dan memimpin
kesanggupan akal dan kesanggupan budi untuk mengatasi segala masalah dan
kenyataan yang dialaminya.Ciri seorang individu tidak hanya mudah dikenali
lewat ciri fisik atau biologisnya, sifat, karakter, perangai, atau gaya dan
selera orang juga berbeda-beda. Lewat ciri-ciri fisik seseorang pertama kali
mudah dikenali.Ada orang yang gemuk, kurus, atau langsing, ada yang kulitnya
coklat, hitam, atau putih, ada yang rambutnya lurus dan ikal. Dilihat dari
sifat, perangai, atau karakternya, ada yang orang yang periang, sabar, cerewet,
atau lainnya.
Seorang individu adalah perpaduan antara faktor
genotip dan fenotip. Faktor genotip adalah faktor yang dibawa individu sejak
lahir, ia merupakan faktor keturunan, dibawa individu sejak lahir. Secara fisik
seseorang memiliki kemiripan atau kesamaan ciri dari orang tuanya, kemiripan
atau persamaan itu mungkin saja terjadi pada keseluruhan penampilan fisiknya,
bisa juga terjadi pada bagian-bagian tubuh tertentu saja.Kita bisa melihat
secara fisik bagian tubuh mana dari kita yang memiliki kemiripan dengan orang
tua kita. Ada bagian tubuh kita yang mirip ibu atau ayah, begitu pula mengenai
sifat atau karakter kita ada yang mirip seperti ayah dan ibu.
Kalau seorang individu memiliki ciri fisik dan
karakter atau sifat yang dibawa sejak lahir, ia juga memiliki ciri fisik dan
karakter atau sifat yang dipengaruhi oleh faktor lingkungan (faktor fenotip).
Faktor lingkungan ikut berperan dalam pembentukan karakteristik yang khas dari
seseorang. Istilah lingkungan merujuk pada lingkungan fisik dan lingkungan sosial.
Lingkungan fisik seperti alam sekitarnya, baik itu lingkungan buatan seperti
tempat tinggal (rumah) dan lingkungan. Sedangkan lingkungan yang bukan buatan
seperti kondisi alam geografis dan iklimnya.
Orang yang tinggal di daerah pantai memiliki sifat dan
kebiasaan siang yang berbeda dengan yang tinggal dipegunungan. Mungkin orang di
daerah pantai bicaranya cenderung keras, berbeda dengan mereka yang tinggal
didaerah pegunungan. Berbeda lingkungan tempat tinggal, cenderung berbeda pula
kebiasaan dan perilaku orang-orangnya.
Menurut Nursid Sumaatmadja (2000), kepribadian
adalah keseluruhan perilaku individu yang merupakan hasil interaksi antara
potensi-potensi bio-psiko-fisikal (fisik dan psikis) yang terbawa sejak lahir
dengan rangkaian situasi lingkungan, yang terungkap pada tindakan dan perbuatan
serta reaksi mental psikologisnya, jika mendapat rangsangan dari lingkungan.
Dia menyimpulkan bahwa faktor lingkungan (fenotip) ikut berperan dalam
pembentukan karakteristik yang khas dari seseorang.
B. Pengertian
Pemahaman Individu
Pemahaman indvidu adalah merupakan awal dari
kegiatan bimbingan dan konseling. Tanpa adanya pemahaman terhadap individu,
sangat sulit bagu guru pembimbing untuk memberikan bantuan karena pada dasarnya
bimbingan adalah bantuan dalam rangka pengembangan pribadi.
Pemahaman individu oleh Aiken (1997, hlm. 454)
diartikan sebagai “Appraising the
presence or magnitude of one or more personal characteristic. Assessing human
behavior and mental processes includes such procedures as observations, interviews,
rating, scale, check list, inventories, projective techniques, and tests”. Pengertian
tersebut diartikan bahwa pemahaman individu adalah suatu cara untuk memahami,
menilai atau menaksir karakteristik, potensi, dan atau masalah-masalah gangguan
yang ada pada individu atau kelompok individu. Cara yang digunakan meliputi
observasi, interview, teknik projektif, dan beberapa jenis tes.
C. Pengumpulan
Data
1.
Prinsip Pengumpulan Data
Prinsip-prinsip pengumpulan dan penyimpanan data, yaitu:
a. Kelengkapan data
Data yang dikumpulan hendaknya mencakup beberapa hal, yaitu:
1) Data
potensi dan data kekuatan atau kecakapan-kecakapan yang dimiliknya,
2) Aspek intelektual, sosial, emosional, fisik dan motorik,
3) Kebutuhan,
4) Tantangan ancaman dan masalah yang dihadapi,
5) Karakteristik permanen ataupun temporer.
b. Relevansi data
Data yang dihimpun hendaknya data yang sesuai atau relevan dengan
kebutuhan layanan bimbingan dan konseling.
c. Keakuratan data
Data
yang akurat berhubungan dengan prosedur dan teknik pengumpulan data.
Empat
hal yang berkenaan dengan pengumpulan data ini, yaitu:
1) Validitas data
2) Validitas instrumen
3) Proses pengumpulan data yang benar
4) Analisis data yang tepat
d. Efisiensi penyimpanan data
Data yang sudah diolah, selanjutnya
disimpan dalam kartu atau buku catatan pribadi. Sekarang data tersebut disimpan
secara elektronik dalam computer (soft
file/CD) sehingga tidak memerlukan tempat yang banyak dan ruang data yang
luas.
e. Efektivitas penggunaan data
Data
yang tersedia hendaknya dapat memberikan dukungan terhadap pemberian layanan
bimbingan dan konseling.
2.
Macam-Macam Data
Macam-macam data:
a. Kecakapan
1) Kecakapan
petensial (potential ability)
diperoleh secara heriditer (pembawaan
kelahirannya).
a) Abilitas dasar umum (general inteligence) atau kecerdasan.
b) Abilitas dasar khusus dalam bidang tertentu (bakat, aptitudes).
2) Kecakapan
aktual (actual ability) yang
menunjukan pada aspek kecakapan yang segera dapat didemonstrasikan dan diuji
sekarang juga. Misalnya: prestasi belajar, keterampilan, kreativitas
dan lain sebagainya.
b. Kepribadian
1) Fisik dan kebebasan
2) Psikis
3) Kegiatan : ekstrakurikuler
4) Keunggulan-keunggulan
dalam bidang: akademik. Keagamaan. Olahraga, kesenian, keterampilan, sosial,
dll.
5) Pengalaman istimewa dan prestasi yang telah diraih
6) Latar belakang
7) Agama dan moral
8) Lingkungan masyarakat
3.
Sumber Data
Pemahaman individu siswa dapat dilakukan melalui
beberapa suber, yaitu:
a. Sumber
pertama yaitu siswa itu sendiri yang dapat dilakukan melalui wawancara,
observasi ataupun teknik pengukuran.
b. Sumber
kedua yaitu orang tua siswa dan keluarga terdekat siswa, guru-guru yang pernah
mengajar dan bergaul lama dengan siswa, temannya, dokter pribadi dan
sebagainya.
4.
Aspek-Aspek yang Dihimpun dalam
Pengumpulan Data
Data pribadi siswa di sekolah, misalnya meliputi
berbagai hal dalam pokok-pokok berikut:
a.
Identitas pribadi
b.
Latar belakang rumah dan keluarga
c.
Kemampuan mental, bakat, dan kondisi
kepribadian
d.
Sejarah pendidikan, hasil belajar,
nilai-nilai mata pelajajaran
e.
Hasil tes diagnostik
f.
Sejarah kesehatan
g.
Pengalaman ekstrakurikuler dan kegiatan
di luar sekolah
h.
Minat dan cita-cita pendidikan dan pekerjaan/jabatan
i.
Prestasi khusus yang pernah diperoleh
j.
Deskripsi menyeluruh hasil belajar siswa
setiapa kelas
k.
Sosiometri setiap kelas
l.
Laporan penyelenggaraan diskusi/belajar
kelompok
5.
Hal-Hal yang Perlu Diperhatikan
dalam Pengumpulan Data
a.
Materi himpunan data yang baik (akurat
dan lengkap) sangat berguna untuk memberikan gambaran yang tepat tentang
individu.
b.
Data tentang individu selalu bertambah,
berubah, berkembang, dan dinamis. Oleh karena itu, data dalam kumpulan data
harus selalu baru dengan menambahkan data baru dan menanggalkan data lama yang
sudah tidak relevan lagi.
c.
Data yang terkumpul disusun dalam
format-format yang teratur rapi menurut sistem tertentu. Data untuk
masing-masing individu dipisahkan sepenuhnya.
d.
Data dalam himpunan data itu pada
dasarnya bersifat rahasia. Hanya orang-orang tertentu saja yang dapat
berhubungan dengan kumpulan data itu.
e.
Mengingat bahwa data yang dikumpulkan
cukup banyak, harus pula ditambah dan dikurangi sesuai dengan perkembangan,
lagipula pengeluaran data (untuk dipakai) dan pemasukannya kembali memakan
waktu yang cukup banyak, konselor sering terjebak oleh pekerjaan rutin
penyelenggaraan himpunan data itu. Bahkan mungkin masih ada konselor sekolah
yang menganggap bahwa penyelenggaraan himpunan data itu merupakan tugas yang
paling utama bagi konselor di sekolah.
6.
Manajemen dan Penggunaan Data
Program
bimbingan dan konseling komprehensif diarahkan oleh data. Penggunaan data di
dalam layanan bimbingan dan konseling akan menjamin setiap peserta didik memperoleh
manfaat dari layanan bimbingan dan konseling. Data yang diperoleh dan digunakan
perlu diadministrasikan dengan baik dan cermat. Manajemen data dilakukan secara
manual maupun komputer.
Dalam
era teknologi informasi, manajemen data peseta didik dilakukan secara komputer.
Penggunaan data peserta didik dan lingkungan sekolah yang tertata dan dimenejemen
dengan baik untuk kepentingan memonitor
kemajuan peserta didik akan menjamin seluruh peserta didik menerima apa yang
mereka perlukan untuk keberhasilan sekolah.
D.
Teknik Pemahaman
1. Pemberian
Instrumen
Berbagai
instrumen dapat membantu melengkapi dan mendalami pemahaman tentang klien dan
masalahnya itu.Dalam kaitan itu konselor perlu memiliki wawasan dan
keterampilan yang memadai dalam penggunaan berbagai instrumen
tersebut.Instrumentasi bimbingan dan konseling memang merupakan salah satu
sarana yang perlu dikembangkan agar pelayanan bimbingan dan konseling
terlaksana secara lebih cermat dan berdasarkan data empirik. Termasuk ke dalam
instrumen yang dimaksudkan itu adalah berbagai tes, inventori, angket dan
format isian. Sedang untuk pemahaman lingkungan yang “lebih luas” dapat
digunakan berbagai brosur, leaflet, selebaran, model, contoh, dan lain
sebagainya.
Beberapa
pertimbangan yang perlu mendapat perhatian para konselor dalam penerapan instrumentasi bimbingan dan
konseling.
a. Instrumen
yang dipakai haruslah yang sahih dan terandalkan.
b. Pemakai
instrument (dalam hal ini konselor) bertanggung jawab atas pemilihan instrument
yang akan dipakai (misalnya tes), monitoring pengadministrasiannya dan skoring.
c. Pemakaian
instrumen, misalnya, harus dipersiapkan secara matang, bukan hanya persiapan
instrumennya saja, tetapi persiapan klien yang akan mengambil tes itu. Klien
hendaknya memahami tujuan dan kegunaan tes itu dan bagaimana kemungkinan
hasilnya.
d. Perlu
diingat bahwa tes atau instrument apa pun hanya merupakan salah satu sumber
dalam rangka memahami individu secra lebih luas dan dalam.
e. Ada
dan dipergunakannya berbagai instrumen lainnya bukanlah syarat mutlak bagi
pelaksanaan pelayanan bimbingan dan konseling. Tes dan berbagai instrumen itu
sekedar alat bantu.
Instrumen bimbingan dan konseling berupa tes
maupun nontes.
a. Instrumen
Tes
Tes dipandang
sebagai suatu alat yang digunakan dalam proses terapeutik dan memberikan
sumbangan dalam membantu klien (siswa) untuk membuat keputusan dan perencanaan
sendiri. Bagi konselor tes membantu dalam menelaah dan mendiagnosa
karakteristik dan masalah kepribadian dan mendiagnosa karakteristik dan kepribadian
klien dengan tujuan untuk memberi informasi yang berguna tentang kepribadiannya
sendiri.
Ada tiga fungsi
penggunaan tes dalam konseling yaitu: 1) sebagai alat diagnostik, 2) menemukan
minat dan nilai , dan 3) membuat prediksi tingkah laku.
Dalam memilih
tes untuk konseling, beberapa hal yang harus diperhatikan antara lain:
1) Standar
tes yang digunakan
2) Memilih
waktu penggunaan tes secara teapt
3) Memilih
topic tes
4) Partisipasi
klien dalam memilih tes
5) Prosedur
pemilihan tes dengan langkah-langkah berikut:
a) Klien
dan konselor menetapkan data apa yang diperlukan untuk membantu memecahkan
masalah
b) Konselor
menggambarkan macam-macam teori tes
c) Konselor
memberikan rekomendasi kepada tes tertentu yag dapat memberikan data yang
diperlukan
d) Konselor
membiarkan klien untuk memberikan reaksi terhadap pemilihan tes
e) Mengatur
pelaksanaan tes
Dalam menggunakan tes untuk proses
konseling hendaknya diperhatikan prinsip-prinsip berikut:
1) Mengetahui
tes secara menyeluruh
2) Penjajagan
terhadap alasan klien menginginkan dan pengalaman klien dalam tes-tes yang
pernah dialaminya
3) Perlu
pengaturan pertemuan interpretasi tes agar klien siap untuk menerima informasi
4) Arti
skor tes harus dibuat secepatnya dalam diskusi
5) Kerangka
acuan hasil tes hendaknya dibuat dengan jelas
6) Hasil
tes harus diberikan kepada klien (dalam bentuk buku skor)
7) Hasil
tes harus selalu terjabarkan
8) Konselor
hendaknya bersikap netral
9) Konselor
hendaknya memberikan interpretasi secara berarti dan jelas
10)
Tes harus memberikan prediksi dengan
tepat
11)
Dalam tahap interpretasi tasi tes, perlu
adanya partisipasi dan evaluasi dari klien
12)
Interpretasi skor yang rendah kepada
klien normal hendakn ya dilakukan dengan hati-hati
Secara umum kegunaan berbagai tes itu ialah membantu
konselor dalam:
1)
Memperoleh dasar-dasar pertimbangan
berkenaan dengan berbagai masalah pada individu yang dites, seperti masalah
penyesuaian dengan ligkungan, masalah prestasi belajar atau hasil belajar,
masalah penempatan dan penyaluran;
2)
Memahami sebab-sebab terjadinya masalah
diri individu;
3)
Mengenali individu (misalnya siswa di
sekolah) yang memiliki kemampuan yang sangat tinggi dan sangat rendah yang
memerlukan bantuan khusus;
4)
Memperoleh gambaran tentang kecakapan,
kemampuan, atau keterampilan seseorang individu dalam bidang tertentu.
Adapun beberapa instrument tes yaitu sebagai
berikut:
1) Tes
Intelegensi (Kecerdasan)
Kecerdasan dapat diartikan sebagai kemampuan berpikir yang bersifat abstrak.Dapat
juga diartikan sebagai kemampuan umum individu untuk berperilaku yang jelas
tujuannya, berpikir rasional, dan berhubungan dengan lingkungannya secara
efektif.
Tigkat kecerdasan (IQ) dengan klasifikasinya:
a) Superior atau genius adalah murid yang dapat bertindak jauh lebih cepat
dan dengan kemudahan dibandingkan dengan murid yang lainnya.
b) Normal
adalah murid yang rata-rata atau pada umumnya.
c) Sub-normal atau mentally deffective atau
mentally retarded adalah murid yang bertindak jauh lebih lambat dari
kecepatannya, dan jauh lebih banyak ketidaktepatannya dan kesulitannya,
dibandingkan dengan murid lain.
Dibedakan lebih lanjut kedakam kategori murid-murid,
yaitu:
a) Debil
(moron) yang masih mendekati murid normal yang berusia sekitar 9 – 19 tahun
b) Imbecil mendekati murid normal sekitar usia 5-6 tahun.
c) Idiot mendekati murid normal berusia dibawah 4 tahun.
2) Tes
Bakat
Tes bakat mengukur kecerdasan potensial yang bersifat khusus murid.
Ada dua jenis bakat, yaitu bakat sekolah dan bakat pekerjaan-jabatan. Bakat
sekolah berkenaan dengan kecakapan potensial khusus yang mendukung penguasaan
bidang-bidang ilmu atau mata pelajaran.Sedangkan bakat pekerjaan-jabatan
berkenaan dengan kecakapan potensial khusus yang mendukung keberhasilan dalam
pekerjaan.
Untuk mengetahui
bakat murid, telah dikembangkan beberapa macam tes, seperti:
a) Rekonik
(mengukur kemampuan fungsi motorik, persepsi dan berpikir mekanis)
b) Tes
bakat musik
c) Tes
bakat artistik
d) Tes
bakat klerikal (perkantoran)
e) Tes
bakat yang multifactor (mengukur berbagai kemampuan khusus)
3) Tes
prestasi belajar (Achivement Tests)
Tes
prestasi belajar adalah suatu perangkat kegiatan atau alat yang dimaksudkan untuk
mengukur ketercapaian tujuan pembelajaran yang telah dirancang sebelumnya dalam
domain kognitif, afektif, dan psikomotor.
Penggunaan
teknik tes khususnya tes prestasi belajar bagi guru MI/ SD bertujuann untuk:
a) Menilai kemampuan belajar murid
b) Memberikan bimbingan belajar kepada murid
c) Mengecek kemajuan belajar murid
d) Memahami kesulitan-kesulitan belajar murid
e) Memperbaiki teknik mengajar guru
f) Menilai efektifitas (keberhasilan) mengajar guru
Tes prestasi belajar ini disusun
untuk mengukur hasil pembelajaran atau kemajuan belajar murid.Tes ini meliputi:
a) Tes
diagnostik, yang dirancang agar guru dapat menentukan letak kesulitan murid,
dalam mata pelajaran yang diajarkan.
b) Tes
prestasi belajar kelompok yang baku
c) Tes
prestasi belajar yang disusun oleh para guru, misalnya dalam bentuk ulangan
sehari-hari.
b. Instrumen
Nontes
Instrumen
non-tes meliputi berbagai prosedur, seperti pengamatan, wawancara, catatan
anekdot, angket, sosiometri, inventori yang dibakukan.
Berikut ini
beberapa bentuk instrumen nontes yaitu sebagai berikut:
1) Catatan
anekdot
Catatan anekdot,
yaitu catatan otentik hasil observasi. Dengan mempergunakan catatan anekdot,
guru dapat:
a) Memperoleh pemahaman yang lebih tepat tentang perkembangan murid
b) Memperoleh pemahaman tentang penyebab dari gejala tingkah laku murid
c) Memudahkan dalam menyesuaikan diri dengan kbutuhan murid
Catatan anekdot yang baik memiliki
syarat sebagai berikut:
a) Objektif, yaitu cacatan yang dibuat secara rinci tentang perilaku murid
b) Deskriftif, yaitu catatan yang menggambarkan diri murid secara
lengkap tentang suatu peristiwa mengenai murid
c) Selektif,
yaitu dipilih suatu situasi yang dicatat
2) Angket
Angket
(kuesioner) merupakan alat pengumpul data melalui komunikasi tidak langsung,
yaitu melalui tulisan.Beberapa petunjuk untuk menyusun angket:
a) Gunakan
kata-kata yang tidak mempunyai arti rangkap
b) Sususnan kalimat sederhana tapi jelas
c) Hindarkan
kata-kata yang bersifat negative dan menyinggung perasaan responder
3) Daftar
cek
4) Autobiografi
(riwayat atau karangan) dan catatan harian
Karangan pribadi
ini merupakan ungkapan pribadi murid tentang pengalaman hidupnya, cita-citanya,
keadaan keluarga, dan lain-lain.
Karangan pribadi
ini dalam pembuatannya dibagi ke dalam dua jenis, yaitu terstruktur dan tidak
terstruktur.
a) Terstruktur yaitu karangan pribadi disusun berdasarkan tema
(judul) yang telah ditentukan sebelumnya
b) Tidak
tersruktur yaitu murid diminta untuk membuat karangan pribadi secara bebas
5) Sosiometri
Sosiometri
bertujuan untuk memperoleh informasi tentang hubungan atau interaksi sosial
(saling penerimaan atau penolakan) diantara murid dalam suatu kelas, kelompok,
kegiatan ekstrakurikuler, organisasi kesiswaan, dll. Dengan sosiometri guru
dapat mengetahui tentang:
a) Murid yang popular
b) Yang terisolir
c) kelompok kecil dengan anggota 2-3 orang murid
Sosiometri
dapat digunakan untuk:
a) Memperbaiki hubungan insani
b) Menentukan kelomppok belajar/kerja
c) Meneliti kemampuan memimpin seorang individu (murid) dala kelompok
6) Inventori
2. Teknik
Wawancara
Wawancara merupakan teknik untuk
mengumpukan informasi melalui komunikasi langsung dengan responden (orang yang
minta informasi). Kelebihan dan kekurangan teknik wawancara adalah sebagai
berikut.
a.
Kelebihan wawancara:
1)
Merupakan teknik yang paling tepat untuk mengungkapkan keadaan pribadi murid
secara mendalam
2)
Dapat dilakukan terhadap setiap tingkatan umur
3)
Dapat diselenggarakan serempak dengan observasi
4)
Digunakan untuk pelengkap data yang
dikumpulkan dengan teknik lain.
b.
Kelemahan wawancara:
1)
Tidak efisien, yaitu tidak bisa menghemat waktusacara singkat
2)
Sangat tergantung pada kesediaan kedua belah pihak
3)
Menuntut penguasaan bahasa dari pihak pewawancara
Dalam bimbingan dan konseling dikenal beberapa macam wawancara, yaitu:
a. Wawancara pengumpulan data (informational interview)
b. Wawancara konseling (counseling interview)
c. Wawancara disiplin (diciplinary interview)
d. Wawancara penempatan (placement interview)
3. Observasi(pengamatan)
Memiliki ciri-ciri sebagai berikut:
a. Dilakukan sesuai dengan tujuan yang dirumuskan terlebih dahulu.
b. Direncanakan secara sistematis.
c. Hasilnya dicatat dan diolah sesuai dengan tujuan.
d. Perlu diperiksa ketelitiannya.
Teknik
observasi dapat dikelompokkan ke dalam beberapa jenis:
a. Observasi sehari-hari (daiily observation)
b. Observasi sistematis (systematic observation)
c. Observasi partisipatif (participative observation)
d. Observasi non-partisipasif (non participative observation)
4. Studi
Kasus
Studi kasus
merupakan teknik mempelajari perkembangan seorang murid secara menyeluruh dan
mendalam serat mengungkap seluruh aspek pribadi murid yang datanya diperoleh
dari bebagai pihak
Dalam
melaksanakan studi kasus ini dapat ditempuh langkah-langkah:
a. Menentukan murid yang bermasalah
b. Memperoleh data
c. Menganalisis data
d. Memberikan layanan bantuan
5. Konferensi
kasus
Konferensi kasus
merupakan suatu pertemuan diantara beberapa unsur di sekolah untuk membicarakan
seorang atau beberapa murid yang mempunyai masalah.
DAFTAR PUSTAKA
Effendi,
R & Malihah, E. (2011). Panduan
kuliah pendidikan lingkungan sosial, budaya, dan teknologi. Bandung:
CV.Maulana Media Grafika.
Nurihsan,
A.J. (2006). Bimbingan &Konseling. Bandung:PT.Refika
Aditama.
Sukardi,
D.K. & Kusmawati. N. (2008). Proses
bimbingan dan konseling di sekolah. Jakarta:Rineka Cipta.
Supriatna,
M. (2013). Bimbingan dan konseling
berbasis kompetensi. Jakarta:Rajawali Pers.
Surya,
M.(2009). Psikologi konseling.Bandung:Maestro.
Wahidah,
N.DKK.(2014). Makalah teknik-teknik dasar
pemahaman individu. Diakses dari:
http://nurrulwahiddahh.blogspot.com/2014/06/maklah-teknik-teknik-dasar-pemahaman.html
Tidak ada komentar:
Posting Komentar