Sabtu, 04 April 2015

RESUME BK (teknik-teknik dasar pemahaman individu)



TEKNIK-TEKNIK DASAR PEMAHAMAN INDIVIDU
https://thinktep.files.wordpress.com/2008/11/teacher-class.gif


A.    Pengertian Individu
Individu berasal dari kata in dan devided. Dalam Bahasa Inggris in salah satunya mengandung pengertian tidak, sedangkan divided artinya terbagi. Jadi individu artinya tidak terbagi, atau suatu kesatuan.
Dalam Bahasa Latin individu berasal dari kata individium yang berarti yang tidak terbagi, jadi merupakan suatu sebutan yang dapat dipakai untuk menyatakan suatu kesatuan yang paling kecil dan terbatas. Individu bukan berarti manusia sebagai suatu kesatuan yang tidak dapat dibagi-bagi melainkan sebagai kesatuan yang terbatas, yaitu sebagai manusia perorangan sehingga sering digunakan sebagai sebutan “orang-seorang” atau manusia “perorangan”. Individu merupakan kesatuan aspek jasmani dan rohani. Dengan kemampuan rohaninya individu dapat berhubungan dan berfikir serta dengan fikirannya itu mengendalikan dan dan memimpin kesanggupan akal dan kesanggupan budi untuk mengatasi segala masalah dan kenyataan yang dialaminya.Ciri seorang individu tidak hanya mudah dikenali lewat ciri fisik atau biologisnya, sifat, karakter, perangai, atau gaya dan selera orang juga berbeda-beda. Lewat ciri-ciri fisik seseorang pertama kali mudah dikenali.Ada orang yang gemuk, kurus, atau langsing, ada yang kulitnya coklat, hitam, atau putih, ada yang rambutnya lurus dan ikal. Dilihat dari sifat, perangai, atau karakternya, ada yang orang yang periang, sabar, cerewet, atau lainnya. 
Seorang individu adalah perpaduan antara faktor genotip dan fenotip. Faktor genotip adalah faktor yang dibawa individu sejak lahir, ia merupakan faktor keturunan, dibawa individu sejak lahir. Secara fisik seseorang memiliki kemiripan atau kesamaan ciri dari orang tuanya, kemiripan atau persamaan itu mungkin saja terjadi pada keseluruhan penampilan fisiknya, bisa juga terjadi pada bagian-bagian tubuh tertentu saja.Kita bisa melihat secara fisik bagian tubuh mana dari kita yang memiliki kemiripan dengan orang tua kita. Ada bagian tubuh kita yang mirip ibu atau ayah, begitu pula mengenai sifat atau karakter kita ada yang mirip seperti ayah dan ibu.
Kalau seorang individu memiliki ciri fisik dan karakter atau sifat yang dibawa sejak lahir, ia juga memiliki ciri fisik dan karakter atau sifat yang dipengaruhi oleh faktor lingkungan (faktor fenotip). Faktor lingkungan ikut berperan dalam pembentukan karakteristik yang khas dari seseorang. Istilah lingkungan merujuk pada lingkungan fisik dan lingkungan sosial. Lingkungan fisik seperti alam sekitarnya, baik itu lingkungan buatan seperti tempat tinggal (rumah) dan lingkungan. Sedangkan lingkungan yang bukan buatan seperti kondisi alam geografis dan iklimnya.
Orang yang tinggal di daerah pantai memiliki sifat dan kebiasaan siang yang berbeda dengan yang tinggal dipegunungan. Mungkin orang di daerah pantai bicaranya cenderung keras, berbeda dengan mereka yang tinggal didaerah pegunungan. Berbeda lingkungan tempat tinggal, cenderung berbeda pula kebiasaan dan perilaku orang-orangnya.
Menurut Nursid Sumaatmadja (2000), kepribadian adalah keseluruhan perilaku individu yang merupakan hasil interaksi antara potensi-potensi bio-psiko-fisikal (fisik dan psikis) yang terbawa sejak lahir dengan rangkaian situasi lingkungan, yang terungkap pada tindakan dan perbuatan serta reaksi mental psikologisnya, jika mendapat rangsangan dari lingkungan. Dia menyimpulkan bahwa faktor lingkungan (fenotip) ikut berperan dalam pembentukan karakteristik yang khas dari seseorang.
B.     Pengertian Pemahaman Individu
Pemahaman indvidu adalah merupakan awal dari kegiatan bimbingan dan konseling. Tanpa adanya pemahaman terhadap individu, sangat sulit bagu guru pembimbing untuk memberikan bantuan karena pada dasarnya bimbingan adalah bantuan dalam rangka pengembangan pribadi.
Pemahaman individu oleh Aiken (1997, hlm. 454) diartikan sebagai “Appraising the presence or magnitude of one or more personal characteristic. Assessing human behavior and mental processes includes such procedures as observations, interviews, rating, scale, check list, inventories, projective techniques, and tests”. Pengertian tersebut diartikan bahwa pemahaman individu adalah suatu cara untuk memahami, menilai atau menaksir karakteristik, potensi, dan atau masalah-masalah gangguan yang ada pada individu atau kelompok individu. Cara yang digunakan meliputi observasi, interview, teknik projektif, dan beberapa jenis tes.
C.     Pengumpulan Data
1.      Prinsip Pengumpulan Data
Prinsip-prinsip pengumpulan dan penyimpanan data, yaitu:
a.       Kelengkapan data
Data yang dikumpulan hendaknya mencakup beberapa hal, yaitu:
1)      Data potensi dan data kekuatan atau kecakapan-kecakapan yang dimiliknya,
2)      Aspek intelektual, sosial, emosional, fisik dan motorik,
3)      Kebutuhan,
4)      Tantangan ancaman dan masalah yang dihadapi,
5)      Karakteristik permanen ataupun temporer.
b.      Relevansi data
Data yang dihimpun hendaknya data yang sesuai atau relevan dengan kebutuhan layanan bimbingan dan konseling.
c.       Keakuratan data
Data yang akurat berhubungan dengan prosedur dan teknik pengumpulan data.
Empat hal yang berkenaan dengan pengumpulan data ini, yaitu:
1)      Validitas data
2)      Validitas instrumen 
3)      Proses pengumpulan data yang benar
4)      Analisis data yang tepat
d.      Efisiensi penyimpanan data
Data yang sudah diolah, selanjutnya disimpan dalam kartu atau buku catatan pribadi. Sekarang data tersebut disimpan secara elektronik dalam computer (soft file/CD) sehingga tidak memerlukan tempat yang banyak dan ruang data yang luas.
e.       Efektivitas penggunaan data
Data yang tersedia hendaknya dapat memberikan dukungan terhadap pemberian layanan bimbingan dan konseling.
2.      Macam-Macam Data
Macam-macam data:
a.       Kecakapan
1)      Kecakapan petensial (potential ability) diperoleh secara heriditer (pembawaan kelahirannya).
a)      Abilitas dasar umum (general inteligence) atau kecerdasan.
b)      Abilitas dasar khusus dalam bidang tertentu (bakat, aptitudes).
2)      Kecakapan aktual (actual ability) yang menunjukan pada aspek kecakapan yang segera dapat didemonstrasikan dan diuji sekarang juga. Misalnya: prestasi belajar, keterampilan, kreativitas dan lain sebagainya.
b.      Kepribadian 
1)      Fisik dan kebebasan
2)      Psikis
3)      Kegiatan : ekstrakurikuler
4)      Keunggulan-keunggulan dalam bidang: akademik. Keagamaan. Olahraga, kesenian, keterampilan, sosial, dll.
5)      Pengalaman istimewa dan prestasi yang telah diraih
6)      Latar belakang
7)      Agama dan moral
8)      Lingkungan masyarakat
3.      Sumber Data
Pemahaman individu siswa dapat dilakukan melalui beberapa suber, yaitu:
a.       Sumber pertama yaitu siswa itu sendiri yang dapat dilakukan melalui wawancara, observasi ataupun teknik pengukuran.
b.      Sumber kedua yaitu orang tua siswa dan keluarga terdekat siswa, guru-guru yang pernah mengajar dan bergaul lama dengan siswa, temannya, dokter pribadi dan sebagainya.
4.      Aspek-Aspek yang Dihimpun dalam Pengumpulan Data
Data pribadi siswa di sekolah, misalnya meliputi berbagai hal dalam pokok-pokok berikut:
a.       Identitas pribadi
b.      Latar belakang rumah dan keluarga
c.       Kemampuan mental, bakat, dan kondisi kepribadian
d.      Sejarah pendidikan, hasil belajar, nilai-nilai mata pelajajaran
e.       Hasil tes diagnostik
f.       Sejarah kesehatan
g.      Pengalaman ekstrakurikuler dan kegiatan di luar sekolah
h.      Minat dan cita-cita pendidikan dan pekerjaan/jabatan
i.        Prestasi khusus yang pernah diperoleh
j.        Deskripsi menyeluruh hasil belajar siswa setiapa kelas
k.      Sosiometri setiap kelas
l.        Laporan penyelenggaraan diskusi/belajar kelompok
5.      Hal-Hal yang Perlu Diperhatikan dalam Pengumpulan Data
a.       Materi himpunan data yang baik (akurat dan lengkap) sangat berguna untuk memberikan gambaran yang tepat tentang individu.
b.      Data tentang individu selalu bertambah, berubah, berkembang, dan dinamis. Oleh karena itu, data dalam kumpulan data harus selalu baru dengan menambahkan data baru dan menanggalkan data lama yang sudah tidak relevan lagi.
c.       Data yang terkumpul disusun dalam format-format yang teratur rapi menurut sistem tertentu. Data untuk masing-masing individu dipisahkan sepenuhnya.
d.      Data dalam himpunan data itu pada dasarnya bersifat rahasia. Hanya orang-orang tertentu saja yang dapat berhubungan dengan kumpulan data itu.
e.       Mengingat bahwa data yang dikumpulkan cukup banyak, harus pula ditambah dan dikurangi sesuai dengan perkembangan, lagipula pengeluaran data (untuk dipakai) dan pemasukannya kembali memakan waktu yang cukup banyak, konselor sering terjebak oleh pekerjaan rutin penyelenggaraan himpunan data itu. Bahkan mungkin masih ada konselor sekolah yang menganggap bahwa penyelenggaraan himpunan data itu merupakan tugas yang paling utama bagi konselor di sekolah.
6.      Manajemen dan Penggunaan Data
Program bimbingan dan konseling komprehensif diarahkan oleh data. Penggunaan data di dalam layanan bimbingan dan konseling akan menjamin setiap peserta didik memperoleh manfaat dari layanan bimbingan dan konseling. Data yang diperoleh dan digunakan perlu diadministrasikan dengan baik dan cermat. Manajemen data dilakukan secara manual maupun komputer.
Dalam era teknologi informasi, manajemen data peseta didik dilakukan secara komputer. Penggunaan data peserta didik dan lingkungan sekolah yang tertata dan dimenejemen dengan baik  untuk kepentingan memonitor kemajuan peserta didik akan menjamin seluruh peserta didik menerima apa yang mereka perlukan untuk keberhasilan sekolah.
D. Teknik Pemahaman
1.    Pemberian Instrumen
Berbagai instrumen dapat membantu melengkapi dan mendalami pemahaman tentang klien dan masalahnya itu.Dalam kaitan itu konselor perlu memiliki wawasan dan keterampilan yang memadai dalam penggunaan berbagai instrumen tersebut.Instrumentasi bimbingan dan konseling memang merupakan salah satu sarana yang perlu dikembangkan agar pelayanan bimbingan dan konseling terlaksana secara lebih cermat dan berdasarkan data empirik. Termasuk ke dalam instrumen yang dimaksudkan itu adalah berbagai tes, inventori, angket dan format isian. Sedang untuk pemahaman lingkungan yang “lebih luas” dapat digunakan berbagai brosur, leaflet, selebaran, model, contoh, dan lain sebagainya.
Beberapa pertimbangan yang perlu mendapat perhatian para konselor dalam  penerapan instrumentasi bimbingan dan konseling.
a.    Instrumen yang dipakai haruslah yang sahih dan terandalkan.
b.    Pemakai instrument (dalam hal ini konselor) bertanggung jawab atas pemilihan instrument yang akan dipakai (misalnya tes), monitoring pengadministrasiannya dan skoring.
c.    Pemakaian instrumen, misalnya, harus dipersiapkan secara matang, bukan hanya persiapan instrumennya saja, tetapi persiapan klien yang akan mengambil tes itu. Klien hendaknya memahami tujuan dan kegunaan tes itu dan bagaimana kemungkinan hasilnya.
d.   Perlu diingat bahwa tes atau instrument apa pun hanya merupakan salah satu sumber dalam rangka memahami individu secra lebih luas dan dalam.
e.    Ada dan dipergunakannya berbagai instrumen lainnya bukanlah syarat mutlak bagi pelaksanaan pelayanan bimbingan dan konseling. Tes dan berbagai instrumen itu sekedar alat bantu.
Instrumen bimbingan dan konseling berupa tes maupun  nontes.
a.    Instrumen Tes
Tes dipandang sebagai suatu alat yang digunakan dalam proses terapeutik dan memberikan sumbangan dalam membantu klien (siswa) untuk membuat keputusan dan perencanaan sendiri. Bagi konselor tes membantu dalam menelaah dan mendiagnosa karakteristik dan masalah kepribadian dan mendiagnosa karakteristik dan kepribadian klien dengan tujuan untuk memberi informasi yang berguna tentang kepribadiannya sendiri.
Ada tiga fungsi penggunaan tes dalam konseling yaitu: 1) sebagai alat diagnostik, 2) menemukan minat dan nilai , dan 3) membuat prediksi tingkah laku.
Dalam memilih tes untuk konseling, beberapa hal yang harus diperhatikan antara lain:
1)   Standar tes yang digunakan
2)   Memilih waktu penggunaan tes secara teapt
3)   Memilih topic tes
4)   Partisipasi klien dalam memilih tes
5)   Prosedur pemilihan tes dengan langkah-langkah berikut:
a)    Klien dan konselor menetapkan data apa yang diperlukan untuk membantu memecahkan masalah
b)   Konselor menggambarkan macam-macam teori tes
c)    Konselor memberikan rekomendasi kepada tes tertentu yag dapat memberikan data yang diperlukan
d)   Konselor membiarkan klien untuk memberikan reaksi terhadap pemilihan tes
e)    Mengatur pelaksanaan tes
Dalam menggunakan tes untuk proses konseling hendaknya diperhatikan prinsip-prinsip berikut:
1)   Mengetahui tes secara menyeluruh
2)   Penjajagan terhadap alasan klien menginginkan dan pengalaman klien dalam tes-tes yang pernah dialaminya
3)   Perlu pengaturan pertemuan interpretasi tes agar klien siap untuk menerima informasi
4)   Arti skor tes harus dibuat secepatnya dalam diskusi
5)   Kerangka acuan hasil tes hendaknya dibuat dengan jelas
6)   Hasil tes harus diberikan kepada klien (dalam bentuk buku skor)
7)   Hasil tes harus selalu terjabarkan
8)   Konselor hendaknya bersikap netral
9)   Konselor hendaknya memberikan interpretasi secara berarti dan jelas
10)         Tes harus memberikan prediksi dengan tepat
11)         Dalam tahap interpretasi tasi tes, perlu adanya partisipasi dan evaluasi dari klien
12)         Interpretasi skor yang rendah kepada klien normal hendakn ya dilakukan dengan hati-hati
Secara umum kegunaan berbagai tes itu ialah membantu konselor dalam:
1)   Memperoleh dasar-dasar pertimbangan berkenaan dengan berbagai masalah pada individu yang dites, seperti masalah penyesuaian dengan ligkungan, masalah prestasi belajar atau hasil belajar, masalah penempatan dan penyaluran;
2)   Memahami sebab-sebab terjadinya masalah diri individu;
3)   Mengenali individu (misalnya siswa di sekolah) yang memiliki kemampuan yang sangat tinggi dan sangat rendah yang memerlukan bantuan khusus;
4)   Memperoleh gambaran tentang kecakapan, kemampuan, atau keterampilan seseorang individu dalam bidang tertentu.
Adapun beberapa instrument tes yaitu sebagai berikut:
1)   Tes Intelegensi (Kecerdasan)
Kecerdasan dapat diartikan sebagai kemampuan berpikir yang bersifat abstrak.Dapat juga diartikan sebagai kemampuan umum individu untuk berperilaku yang jelas tujuannya, berpikir rasional, dan berhubungan dengan lingkungannya secara efektif.
Tigkat kecerdasan (IQ) dengan klasifikasinya:
a)      Superior atau genius adalah murid yang dapat bertindak jauh lebih cepat dan dengan kemudahan dibandingkan dengan murid yang lainnya.
b)      Normal adalah murid yang rata-rata atau pada umumnya.
c)      Sub-normal  atau mentally deffective atau mentally retarded adalah murid yang bertindak jauh lebih lambat dari kecepatannya, dan jauh lebih banyak ketidaktepatannya dan kesulitannya, dibandingkan dengan murid lain.
Dibedakan lebih lanjut kedakam kategori murid-murid, yaitu:
a)      Debil (moron) yang masih mendekati murid normal yang berusia sekitar 9 – 19 tahun
b)      Imbecil mendekati murid normal sekitar usia 5-6 tahun.
c)      Idiot mendekati murid normal berusia dibawah 4 tahun.
2)   Tes Bakat
Tes bakat mengukur kecerdasan potensial yang bersifat khusus murid. Ada dua jenis bakat, yaitu bakat sekolah dan bakat pekerjaan-jabatan. Bakat sekolah berkenaan dengan kecakapan potensial khusus yang mendukung penguasaan bidang-bidang ilmu atau mata pelajaran.Sedangkan bakat pekerjaan-jabatan berkenaan dengan kecakapan potensial khusus yang mendukung keberhasilan dalam pekerjaan.
Untuk mengetahui bakat murid, telah dikembangkan beberapa macam tes, seperti:
a)      Rekonik (mengukur kemampuan fungsi motorik, persepsi dan berpikir mekanis)
b)      Tes bakat musik
c)      Tes bakat artistik
d)     Tes bakat klerikal (perkantoran)
e)      Tes bakat yang multifactor (mengukur berbagai kemampuan khusus)
3)   Tes prestasi belajar (Achivement Tests)
Tes prestasi belajar adalah suatu perangkat kegiatan atau alat yang dimaksudkan untuk mengukur ketercapaian tujuan pembelajaran yang telah dirancang sebelumnya dalam domain kognitif, afektif, dan psikomotor.
Penggunaan teknik tes khususnya tes prestasi belajar bagi guru MI/ SD bertujuann untuk:
a)    Menilai kemampuan belajar murid
b)   Memberikan bimbingan belajar kepada murid
c)    Mengecek kemajuan belajar murid
d)   Memahami kesulitan-kesulitan belajar murid
e)    Memperbaiki teknik mengajar guru
f)    Menilai efektifitas (keberhasilan) mengajar guru
Tes prestasi belajar ini disusun untuk mengukur hasil pembelajaran atau kemajuan belajar murid.Tes ini meliputi:
a)    Tes diagnostik, yang dirancang agar guru dapat menentukan letak kesulitan murid, dalam mata pelajaran yang diajarkan.
b)   Tes prestasi belajar kelompok yang baku
c)    Tes prestasi belajar yang disusun oleh para guru, misalnya dalam bentuk ulangan sehari-hari.
b.    Instrumen Nontes
Instrumen non-tes meliputi berbagai prosedur, seperti pengamatan, wawancara, catatan anekdot, angket, sosiometri, inventori yang dibakukan.
Berikut ini beberapa bentuk instrumen nontes yaitu sebagai berikut:
1)    Catatan anekdot
Catatan anekdot, yaitu catatan otentik hasil observasi. Dengan mempergunakan catatan anekdot, guru dapat:
a)    Memperoleh pemahaman yang lebih tepat tentang perkembangan murid
b)   Memperoleh pemahaman tentang penyebab dari gejala tingkah laku murid
c)    Memudahkan dalam menyesuaikan diri dengan kbutuhan murid
Catatan anekdot yang baik memiliki syarat sebagai berikut:
a)      Objektif, yaitu cacatan yang dibuat secara rinci tentang perilaku murid
b)      Deskriftif, yaitu catatan yang menggambarkan diri murid secara lengkap tentang suatu peristiwa mengenai murid
c)      Selektif, yaitu dipilih suatu situasi yang dicatat
2)   Angket
Angket (kuesioner) merupakan alat pengumpul data melalui komunikasi tidak langsung, yaitu melalui tulisan.Beberapa petunjuk untuk menyusun angket:
a)    Gunakan kata-kata yang tidak mempunyai arti rangkap
b)   Sususnan kalimat sederhana tapi jelas
c)    Hindarkan kata-kata yang bersifat negative dan menyinggung perasaan responder
3)   Daftar cek
4)   Autobiografi (riwayat atau karangan) dan catatan harian
Karangan pribadi ini merupakan ungkapan pribadi murid tentang pengalaman hidupnya, cita-citanya, keadaan keluarga, dan lain-lain.
Karangan pribadi ini dalam pembuatannya dibagi ke dalam dua jenis, yaitu terstruktur dan tidak terstruktur.
a)    Terstruktur yaitu karangan pribadi  disusun berdasarkan tema (judul) yang telah ditentukan sebelumnya
b)   Tidak tersruktur yaitu murid diminta untuk membuat karangan pribadi secara bebas
5)   Sosiometri
Sosiometri bertujuan untuk memperoleh informasi tentang hubungan atau interaksi sosial (saling penerimaan atau penolakan) diantara murid dalam suatu kelas, kelompok, kegiatan ekstrakurikuler, organisasi kesiswaan, dll. Dengan sosiometri guru dapat mengetahui tentang:
a)    Murid yang popular
b)   Yang terisolir
c)    kelompok kecil dengan anggota 2-3 orang murid
Sosiometri dapat digunakan untuk:
a)    Memperbaiki hubungan insani
b)   Menentukan kelomppok belajar/kerja
c)    Meneliti kemampuan memimpin seorang individu (murid) dala kelompok
6)   Inventori
2.    Teknik Wawancara
Wawancara merupakan teknik untuk mengumpukan informasi melalui komunikasi langsung dengan responden (orang yang minta informasi). Kelebihan dan kekurangan teknik wawancara adalah sebagai berikut.
a.       Kelebihan wawancara:
1)      Merupakan teknik yang paling tepat untuk mengungkapkan keadaan pribadi murid secara mendalam
2)      Dapat dilakukan terhadap setiap tingkatan umur
3)      Dapat diselenggarakan serempak dengan observasi
4)      Digunakan untuk pelengkap data yang dikumpulkan dengan teknik lain.
b.       Kelemahan wawancara:
1)      Tidak efisien, yaitu tidak bisa menghemat waktusacara singkat
2)      Sangat tergantung pada kesediaan kedua belah pihak
3)      Menuntut penguasaan bahasa dari pihak pewawancara
Dalam bimbingan dan konseling dikenal beberapa macam wawancara, yaitu:
a.    Wawancara pengumpulan data (informational interview)
b.    Wawancara konseling (counseling interview)
c.    Wawancara disiplin (diciplinary interview)
d.   Wawancara penempatan (placement interview)
3.    Observasi(pengamatan)
Memiliki ciri-ciri sebagai berikut:
a.    Dilakukan sesuai dengan tujuan yang dirumuskan terlebih dahulu.
b.    Direncanakan secara sistematis.
c.    Hasilnya dicatat dan diolah sesuai dengan tujuan.
d.   Perlu diperiksa ketelitiannya.
Teknik observasi dapat dikelompokkan ke dalam beberapa jenis:
a.    Observasi sehari-hari (daiily observation)
b.    Observasi sistematis (systematic observation)
c.    Observasi partisipatif (participative observation)
d.   Observasi non-partisipasif (non participative observation)
4.    Studi Kasus
Studi kasus merupakan teknik mempelajari perkembangan seorang murid secara menyeluruh dan mendalam serat mengungkap seluruh aspek pribadi murid yang datanya diperoleh dari bebagai pihak
Dalam melaksanakan studi kasus ini dapat ditempuh langkah-langkah:
a.    Menentukan murid yang bermasalah
b.    Memperoleh data
c.    Menganalisis data
d.   Memberikan layanan bantuan
5.    Konferensi kasus
Konferensi kasus merupakan suatu pertemuan diantara beberapa unsur di sekolah untuk membicarakan seorang atau beberapa murid yang mempunyai masalah.
DAFTAR PUSTAKA
Effendi, R & Malihah, E. (2011). Panduan kuliah pendidikan lingkungan sosial, budaya, dan teknologi. Bandung: CV.Maulana Media Grafika.
Nurihsan, A.J. (2006). Bimbingan &Konseling. Bandung:PT.Refika Aditama.
Sukardi, D.K. & Kusmawati. N. (2008). Proses bimbingan dan konseling di sekolah. Jakarta:Rineka Cipta.
Supriatna, M. (2013). Bimbingan dan konseling berbasis kompetensi. Jakarta:Rajawali Pers.
Surya, M.(2009). Psikologi konseling.Bandung:Maestro.
Wahidah, N.DKK.(2014). Makalah teknik-teknik dasar pemahaman individu. Diakses dari: http://nurrulwahiddahh.blogspot.com/2014/06/maklah-teknik-teknik-dasar-pemahaman.html

Tidak ada komentar:

Posting Komentar